Saturday, 30 January 2016

Gus Wim Sang Pembaharu Islam


By: Zidan Mazero


Pembaharuan Islam merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan dalam membangun pola pikir umat Islam. Mengingat umat Islam sudah terombang-ambing dalam paradigma pemikiran para pemuka agama Islam yang dianggap kebenaran mutlak, padahal yang dijalankan para pemuka agama hanya sebatas tafsir semata, tetapi umat Islam tak sedikit yang menganggap ajaran sebuah tafsir termasuk dari ajaran Islam yang berupa wahyu Al-Qur'an, tak sedikit pula umat Islam yang mengkaji Al-Qur'an menganggap hasil dari pemahaman Al-Qur'an dianggap sebagai ajaran Islam yang berkedudukan setingkat dengan Al-Qur'an, padahal itu hanya prasangka belaka melalui penafsiran para pemuka agama Islam tersebut.

Menelaah fenomena umat Islam dalam mengkaji Al-Qur'an, tak sedikit umat Islam yang terjebak dalam dogma-dogma semata.  Sehingga tidak menghasilkan pencerahan. Karena cara mengkaji Al-Qur'an hanya berdasarkan prasangka belaka dari para ahli agama Islam. Mengingat kebenaran mutlak hanya milik Allah, sedangkan manusia tak lepas dari salah dan benar.

Sebenarnya mengkaji Al-Qur'an itu sangat baik, apabila dilandasi semangat pembaharuan corak berpikir, bukan mengedepankan dogma-dogma semata. Karena manusia yang berjalan sesuai Al-Qur'an tak lepas dari beliau Nabi Muhammad SAW. Karena beliau yang mendapatkan wahyu Al-Qur'an, sedangkan yang lainnya, tentunya masih berrsifat tafsir semata. Sehingga kebenarannya masih sangat diragukan.

Sedangkan di-era masa kini umat Islam tak jarang disuguhi para penceramah agama dengan membaca Al-Qur'an, lalu memberikan penjelasan dengan ayat-ayat yang dibacakan, padahal itu hanya tafsir beliau yang dikaitkan dengan Al-Qur'an, tentunya kebenarannya masih bersifat prasangka semata. Mengingat kebenaran yang sesuai dengan Al-Qur'an itu milik Nabi yang diberi wahyu, sedangkan lainnya hanya bersifat prasangka semata, tentunya bisa salah atau bisa benar. Dari sinilah dibutuhkan pembaharuan Islam yang mengajak berpikir umat Islam tentang kemaslahatan, bukan hanya sebatas dogma-dogma belaka, apalagi dogma-dogma yang menjurus ke-arah destruktif.

Keberadaan pola pikir pembaharuan Islam sangat dibutuhkan dalam kehidupan umat Islam, agar disaat umat Islam mengkaji Al-Qur'an tidak mudah mengklaim apa yang dijalankan berdasarkan Al-Qur'an, padahal berjalan di atas tafsir semata, untuk itulah maksud dari pembaharuan Islam, yaitu: berusaha membangun paradigma berpkir umat Islam dalam mengenali ayat per-ayat Al-Qur'an. Sehingga umat Islam tidak mudah mengklaim apa yang dilakukan berdasarkan Al-Qur'an. Sehingga akan terjadi saling menghargai antar umat Islam. Mengingat satu sama lain berjalan berdasarkan tafsir semata, tentunya dari sinilah tidak ada yang merasa benar sendiri antar umat Islam dan kelompoknya.

Pembaharuan Islam tak lepas sebagai upaya meminimalisir gerakaan teroris yang dilakukan sebagian kecil umat Islam dalam melakukan sebuah tindakan destruktif dengan menghilangkan nyawa orang lain, padahal apa yang dilakukan seorang teroris hanya sebatas berjalan ditafsir ayat per-ayat Al-Qur'an, tetapi mereka menganggap sebagai pejuang menegakkan Al-Qur'an, tentunya anggapan ini hanya prasangka semata.

Sebuah gerakan pembaharuan Islam, untuk mewujudkan fitrah didalam dada umat Islam, tentunya tak lepas dari umat Islam dalam mengkaji Al-Qur'an dengan tujuan mampu memedakan antara Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an. Karena dengan jalan mengkaji Al-Qur'an umat Islam akan dapat melakukan koreksi diri dan bisa memberikan sebuah penjelasan antara Al-Qur'an dengan tafsir Al-Qur'an.

Dengan mengetahui Al-Qur'an, berarti umat Islam dapat pemahaman, bahwa Al_Qur'an adalah wahyu yang kebenarannya tak diragukan lagi, sedangkan tafsir Al-Qur'an kebenarannya masih bersifat prasangka, bisa benar atau bisa salah didalam melakuan sebuah tindakan penafsiran.

Ketika melakukan tindakan pembaharuan Islam, niscaya akan terdapat saling toleran didalam tubuh umat Islam. Sehingga tidak mudah mengkafirkan dan membid'ahkan antar satu sama lain. Karena yang berhak menilai buruk dan benar hanya milik Allah, sedangkan manusia, khususnya umat Islam hanya sebatas prasangka semata.

Keberadaan pembaharuan Islam merupakan sebuah keniscayan, supaya umat Islam tidak gampang didogma oleh seorang yang mengaku ahli agama, padahal yang disampaikan dengan memenggal ayat Al-Qur'an, lalu menerjemahkan dan selanjutnya menafsirkan dengan daya, cipta, karsa mereka. Sehingga menghasilkan sebuah cipta karsa manusia yang berupa pemahaman dari Al-Qur'an yang dianggap kebenaran mutlak, padahal hanya sebatas hasil pola pikir mereka sendiri. Inilah para penebar yang mengatasnamakan Al-Qur'an dan dengan tak jarang mengkafirkan, membid'ahkan, dan menuduh kelompok lain yang berseberangan sebagai penebar jahanam dan lain sebagainya.

Harapan besar dari pembaharuan Islam tak lepas sebagai upaya umat Islam dalam menjalankan agama Islam, supaya terdapat saling menghargai, dan tentunya saling tenggang rasa sebagai wujud kebersamaan antar umat Islam lainnya. Karena kebenaran hanya milik Allah semata, sedangkan manusia kebenarannya yang berdasarkan tafsir dan prasangka belaka.

“Yang haq berasal dari Tuhanmu belaka, maka sekali-kali janganlah kamu ragu”. (QS. Al-Baqarah [2]: 147).