Tuesday 26 January 2010

GARA-GARA LIMA HURUF











Oleh: Khoirul Taqwim






Getaran hati

Saat kau kata mesra

Wajah nan sendu

Rupawan wajah ayu alami

Hati tergoda

Mulut susah bicara

Walau firasat terus bergelora

Nada dada

Mengalun sendu kebekuan

Cair tak datang

Polesan alam mendung jiwa

Menyeriang indah tengah malam

Gelap jadi terang

Gundah jadi sumringah

Hati benar tergila dikau

Gara-gara ucapan lima hurufmu


GARA-GARA LIMA HURUF











Oleh: Khoirul Taqwim






Getaran hati

Saat kau kata mesra

Wajah nan sendu

Rupawan wajah ayu alami

Hati tergoda

Mulut susah bicara

Walau firasat terus bergelora

Nada dada

Mengalun sendu kebekuan

Cair tak datang

Polesan alam mendung jiwa

Menyeriang indah tengah malam

Gelap jadi terang

Gundah jadi sumringah

Hati benar tergila dikau

Gara-gara ucapan lima hurufmu


HUTAN RAYA


Oleh: Khoirul Taqwim



Pohon indah mewarna
Sepanjang jalan rodaku
Tak terasa hati hanyut
Keawan alam mimpi imagi
Hati gembira ria
Melihat asrinya alam nan lebat
Terbisik hati kacil
Inilah karya Tuhan
Melimpah ruah di depan mata

 

Pesona hutan raya

Ingatkan dulu kala

Saat dedaunan

Banjiri semesta

HUTAN RAYA


Oleh: Khoirul Taqwim



Pohon indah mewarna
Sepanjang jalan rodaku
Tak terasa hati hanyut
Keawan alam mimpi imagi
Hati gembira ria
Melihat asrinya alam nan lebat
Terbisik hati kacil
Inilah karya Tuhan
Melimpah ruah di depan mata

 

Pesona hutan raya

Ingatkan dulu kala

Saat dedaunan

Banjiri semesta

DERITA WONG CILIK





Oleh: Khoirul Taqwim


Kering kerontang perut

Kupaksa jalan dipadang nan panas

Inilah kehidupan wong cilik

Cerita tinggal bahasa ingatan


Perih jiwa

Berpikir hari esok yang tak ada ujung

Derita sesuap nasi

Harus dicari sejauh kaki

Walau langkah pergi

Tak sehebat mentari

Pikiran mulai lemas

Jalan harus tetap

Sampai arah tujuan

Kepasrahan pada sang pencipta

Sungguh hati menambah tegar rasa

Tradisi jangan dibuang

Tetapi dimajukan tak lepas dari hidup pribumi


Mengadili tanpa sebab

Bertindak sewenang-wenang

Itu kerjaan orang yang tak punya nurani

Kecewa rasa pada penguasa

Kutadahkan tangan

Berharap hilang sengsara rasa dalam hati

Agar jiwa tenang nyaman

Di pangkuan alam nan asri

DERITA WONG CILIK





Oleh: Khoirul Taqwim


Kering kerontang perut

Kupaksa jalan dipadang nan panas

Inilah kehidupan wong cilik

Cerita tinggal bahasa ingatan


Perih jiwa

Berpikir hari esok yang tak ada ujung

Derita sesuap nasi

Harus dicari sejauh kaki

Walau langkah pergi

Tak sehebat mentari

Pikiran mulai lemas

Jalan harus tetap

Sampai arah tujuan

Kepasrahan pada sang pencipta

Sungguh hati menambah tegar rasa

Tradisi jangan dibuang

Tetapi dimajukan tak lepas dari hidup pribumi


Mengadili tanpa sebab

Bertindak sewenang-wenang

Itu kerjaan orang yang tak punya nurani

Kecewa rasa pada penguasa

Kutadahkan tangan

Berharap hilang sengsara rasa dalam hati

Agar jiwa tenang nyaman

Di pangkuan alam nan asri

BUYUT BERCERITA DIMIMPI PAGI


Oleh: Khoirul Taqwim 


Indah alamku dizaman belanda
Asri nan alami kata buyutku
Saat ini jungkir balik 90 derajat
Untung belum 100 derajat.
Pikirku sesaat

Kemana lari burung-burung pagi
Kemana lari pepohonan nan rindang
Kenapa harus ada gedung??..
Tanyaku dalam hati lirih
Saat buyut cerita alamku

Limbah sampah ganti semua cerita
Pohon gundul sekarang yang ada
Kemana lari alam cerita buyutku
Sekarang sudah terganti
Kata paman saat lewat depan mataku

Cerita tinggal bongkohan memory
Soal alam ternoda
Aku bukan ahli amdal
Aku hanya sepotong bahasa
Tulis cerita tentang buyutku

Saat ini alam diperkosa
Kata bude lagi minum susu hangat
Tak tertinggal bapakku ngomong juga
Maaf bapak aku harus pergi
Kambingku sudah menjemput

Cerita buyutku
Jadi cerita keluarga
Eeeeeeeeeeeh!!!!............aku diajak ngopi ama buyut malam ini
Di warung gubuk kecil remang-remang lampunya
Dia cerita lagi tentang sepinya malam
Gelapnya saat matahari tak muncul
Dia cerita zaman belanda 
Alam yang masih perawan
Tak ada polusi
Tiba-tiba ada laki-laki tinggi kurus tak bersahabat
Duduk disamping buyut dia ngomong dengan keras
Dinding telingaku terasa dihantam boom bunuh diri
Untung saja bukan amrozi yang bawa boom
Itu zaman dulu yut tak semaju zaman ini
Itu zaman bodoh yut dijajah ko mau
Tatapan mata buyutku tersinggung beku
Langsung kulempar gelas dimukanya
Untung dia menghindar secepat kilat
Maklum dia guru silat
Kata penjual warung
Ganti aku terpukul tersungkur
Cium bumi seketika hidungku
Padahal aku lagi tidak sholat
Untung belum terkapar
Suara hati lirih tak terdengar
Kecuali hati sendiri
Diujung gang ibuku teriak lantang
Banguuuuuuuuuuuun!!.....
Aku langsung terperanjat dari kasurku
Kulihat ko basah selimutku
Ternyata lagi ngompol
Sori aku kemarin kehujanan
Didekat pintu kamar adekku tertawa sendu
Lihat tingkah pagiku
Jam dinding pukul 7 tepat
Kuambil air kecil mengalir
Tuk basuh muka yang lagi bangun
Kusadar sekilas
Ternyata cerita buyutku
Mimpi pagi tak diundang

Dalam hati kecil bicara lirih
sadarku pada kematian
Mungkin aku lama tak tengok makam buyut
Tak tengok makam bude
Tak tengok makam paman
Bahkan aku lupa makam bapak tak kutengok kemarin
Besok malam jum’at
Ku kan do’a khusus kalian semua
Ziarah makam kan kulakukan
Teringat mimpi pagiku
Jam 7 pagi tepat kuterbangun
Kuteringat makam-makam dimimpi pagik

 

BUYUT BERCERITA DIMIMPI PAGI


Oleh: Khoirul Taqwim 


Indah alamku dizaman belanda
Asri nan alami kata buyutku
Saat ini jungkir balik 90 derajat
Untung belum 100 derajat.
Pikirku sesaat

Kemana lari burung-burung pagi
Kemana lari pepohonan nan rindang
Kenapa harus ada gedung??..
Tanyaku dalam hati lirih
Saat buyut cerita alamku

Limbah sampah ganti semua cerita
Pohon gundul sekarang yang ada
Kemana lari alam cerita buyutku
Sekarang sudah terganti
Kata paman saat lewat depan mataku

Cerita tinggal bongkohan memory
Soal alam ternoda
Aku bukan ahli amdal
Aku hanya sepotong bahasa
Tulis cerita tentang buyutku

Saat ini alam diperkosa
Kata bude lagi minum susu hangat
Tak tertinggal bapakku ngomong juga
Maaf bapak aku harus pergi
Kambingku sudah menjemput

Cerita buyutku
Jadi cerita keluarga
Eeeeeeeeeeeh!!!!............aku diajak ngopi ama buyut malam ini
Di warung gubuk kecil remang-remang lampunya
Dia cerita lagi tentang sepinya malam
Gelapnya saat matahari tak muncul
Dia cerita zaman belanda 
Alam yang masih perawan
Tak ada polusi
Tiba-tiba ada laki-laki tinggi kurus tak bersahabat
Duduk disamping buyut dia ngomong dengan keras
Dinding telingaku terasa dihantam boom bunuh diri
Untung saja bukan amrozi yang bawa boom
Itu zaman dulu yut tak semaju zaman ini
Itu zaman bodoh yut dijajah ko mau
Tatapan mata buyutku tersinggung beku
Langsung kulempar gelas dimukanya
Untung dia menghindar secepat kilat
Maklum dia guru silat
Kata penjual warung
Ganti aku terpukul tersungkur
Cium bumi seketika hidungku
Padahal aku lagi tidak sholat
Untung belum terkapar
Suara hati lirih tak terdengar
Kecuali hati sendiri
Diujung gang ibuku teriak lantang
Banguuuuuuuuuuuun!!.....
Aku langsung terperanjat dari kasurku
Kulihat ko basah selimutku
Ternyata lagi ngompol
Sori aku kemarin kehujanan
Didekat pintu kamar adekku tertawa sendu
Lihat tingkah pagiku
Jam dinding pukul 7 tepat
Kuambil air kecil mengalir
Tuk basuh muka yang lagi bangun
Kusadar sekilas
Ternyata cerita buyutku
Mimpi pagi tak diundang

Dalam hati kecil bicara lirih
sadarku pada kematian
Mungkin aku lama tak tengok makam buyut
Tak tengok makam bude
Tak tengok makam paman
Bahkan aku lupa makam bapak tak kutengok kemarin
Besok malam jum’at
Ku kan do’a khusus kalian semua
Ziarah makam kan kulakukan
Teringat mimpi pagiku
Jam 7 pagi tepat kuterbangun
Kuteringat makam-makam dimimpi pagik