Monday, 17 October 2011

Astagfirullah, Masyarakat Islam Indonesia Hidup di Negara Non Islam



Sungguh dilema keberadaan umat Islam di Indonesia, di satu sisi masyarakat beragama Islam, namun di si lain wajah negara tidak Islam yang menjadi azas sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga sampai detik ini masih ada masyarakat yang terus berjuang melakukan gerakan revolusi sosial dengan tujuan menciptakan sebuah negara Islam di Indonesia.

Malaysia bangsa tetangga Indonesia, sudah terlebih dahulu membuat negara Islam, padahal kemerdekaan terlebih dahulu di raih bangsa Indonesia, sehingga sampai detik ini bangsa Malaysia dapat hidup secara ideal antara karakter masyarakat dengan azas sebuah bangsa, sedangkan Indonesia masyarakat bependuduk Islam sekitar hampir 90 persen, tetapi masyarakat bangsa Indonesia tidak hidup berdasarkan negara Islam, bahkan ironis hukum yang berlaku di Indonesia cenderung warisan dari bangsa penjajah Belanda.

Kemajuan Malaysia tidak lepas antara kehidupan masyarakat dengan azas sebuah bangsa dapat berjalan searah, bagaimana tidak?.....masyarakat Malaysia berpenduduk dengan karakter Islam dan azas sebuah bangsa juga memakai Islam, sedangkan bangsa Indonesia berpenduduk Islam, namun negara berazaskan non Islam, sehingga yang terjadi ada titik buntu yang tidak saling berkaitan antara masyarakat dengan azas sebuah bangsa.

Kita masih ingat segar mengenai sejarah besar Majapahit, Sriwijaya, Kutai kartanegara, Demak bintoro, Samudra pasai dan masih banyak lagi dinasti yang ada di nusantara, ternyata antara kehidupan masyarakat dengan azas sebuah bangsa ada saling berkesinambungan yang tidak terpisahkan satu sama lain, bahwa masyarakat beragama Hindu, Budha, Islam atau agama lain tidak terpisah antara azas sebuah bangsa dengan kehidupan masyarakat, sehingga ada keterkaitan yang saling memberikan semangat dalam menjalankan sebagai masyarakat dalam bernegara.

Ketika masyarakat Islam hidup di negara non Islam, tentu akan terjadi sesuatu yang terputus antara kebutuhan politik dengan kehidupan, sedangkan masyarakat Malaysia cenderung ada keserasian antara kehidupan masyarakat dengan negara yang Sama-sama bersumber dari ajaran Islam, sedangkan Indonesia masih berkiblat dari Undang-undang buatan belanda, sehingga kehidupan masyarat dengan bangsa Indonesia terputus yang tidak saling berkaitan satu sama lain, bahkan keberadaan pemerintah cenderung memaksa dalam menjalankan tugas kenegaraan. Inilah yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Masyarakat Islam di paksa mau tidak mau hidup dengan karakter yang berbeda antara kehidupan dengan kepribadian bangsa, sehingga terjadi keterputusan antara negara dengan kehidupan masyarakat yang saling tidak menemukan tali sambung menyambung. Inilah yang harus menjadi perhatian masyarakat Indonesia, kenapa kita tidak belajar dari Malaysia?....bahwa Malaysia mampu menggabungkan karakter masyarakat dengan azas kenegaraan, padahal Malaysia merdeka setelah Indonesia merdeka, tetapi masyarakat Malaysia mampu lebih makmur dan sejahtera terlebih dahulu di banding keberadaan masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya.

Sebenarnya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang punya pandangan keislaman yang tak kalah dengan Timur Tengah maupun bangsa Afrika Utara atau negara lain mengenai keislaman, tetapi masyarakat Indonesia di suruh hidup di negara dengan cara pandang non Islam, padahal Indonesia masyarakat terbesar adalah beragama Islam.

Saya selalu berdo'a, semoga ada reaksi revolusi sosial yang mampu meluruskan antara hubungan masyarakat dengan negara, agar terjadi keselarasan dan keseimbangan yang saling menguatkan satu sama lain, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang dapat berjalan sejajar dengan karakter masyarakat pada umumnya, bukan masyarakat islam terpaksa hidup di negara non Islam, dan semoga tercipta negara " Baldatun thoyibatun warabbun ghafur ". Wallahu a'lam bisshowab............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
.

Astagfirullah, Masyarakat Islam Indonesia Hidup di Negara Non Islam



Sungguh dilema keberadaan umat Islam di Indonesia, di satu sisi masyarakat beragama Islam, namun di si lain wajah negara tidak Islam yang menjadi azas sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga sampai detik ini masih ada masyarakat yang terus berjuang melakukan gerakan revolusi sosial dengan tujuan menciptakan sebuah negara Islam di Indonesia.

Malaysia bangsa tetangga Indonesia, sudah terlebih dahulu membuat negara Islam, padahal kemerdekaan terlebih dahulu di raih bangsa Indonesia, sehingga sampai detik ini bangsa Malaysia dapat hidup secara ideal antara karakter masyarakat dengan azas sebuah bangsa, sedangkan Indonesia masyarakat bependuduk Islam sekitar hampir 90 persen, tetapi masyarakat bangsa Indonesia tidak hidup berdasarkan negara Islam, bahkan ironis hukum yang berlaku di Indonesia cenderung warisan dari bangsa penjajah Belanda.

Kemajuan Malaysia tidak lepas antara kehidupan masyarakat dengan azas sebuah bangsa dapat berjalan searah, bagaimana tidak?.....masyarakat Malaysia berpenduduk dengan karakter Islam dan azas sebuah bangsa juga memakai Islam, sedangkan bangsa Indonesia berpenduduk Islam, namun negara berazaskan non Islam, sehingga yang terjadi ada titik buntu yang tidak saling berkaitan antara masyarakat dengan azas sebuah bangsa.

Kita masih ingat segar mengenai sejarah besar Majapahit, Sriwijaya, Kutai kartanegara, Demak bintoro, Samudra pasai dan masih banyak lagi dinasti yang ada di nusantara, ternyata antara kehidupan masyarakat dengan azas sebuah bangsa ada saling berkesinambungan yang tidak terpisahkan satu sama lain, bahwa masyarakat beragama Hindu, Budha, Islam atau agama lain tidak terpisah antara azas sebuah bangsa dengan kehidupan masyarakat, sehingga ada keterkaitan yang saling memberikan semangat dalam menjalankan sebagai masyarakat dalam bernegara.

Ketika masyarakat Islam hidup di negara non Islam, tentu akan terjadi sesuatu yang terputus antara kebutuhan politik dengan kehidupan, sedangkan masyarakat Malaysia cenderung ada keserasian antara kehidupan masyarakat dengan negara yang Sama-sama bersumber dari ajaran Islam, sedangkan Indonesia masih berkiblat dari Undang-undang buatan belanda, sehingga kehidupan masyarat dengan bangsa Indonesia terputus yang tidak saling berkaitan satu sama lain, bahkan keberadaan pemerintah cenderung memaksa dalam menjalankan tugas kenegaraan. Inilah yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Masyarakat Islam di paksa mau tidak mau hidup dengan karakter yang berbeda antara kehidupan dengan kepribadian bangsa, sehingga terjadi keterputusan antara negara dengan kehidupan masyarakat yang saling tidak menemukan tali sambung menyambung. Inilah yang harus menjadi perhatian masyarakat Indonesia, kenapa kita tidak belajar dari Malaysia?....bahwa Malaysia mampu menggabungkan karakter masyarakat dengan azas kenegaraan, padahal Malaysia merdeka setelah Indonesia merdeka, tetapi masyarakat Malaysia mampu lebih makmur dan sejahtera terlebih dahulu di banding keberadaan masyarakat bangsa Indonesia pada umumnya.

Sebenarnya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang punya pandangan keislaman yang tak kalah dengan Timur Tengah maupun bangsa Afrika Utara atau negara lain mengenai keislaman, tetapi masyarakat Indonesia di suruh hidup di negara dengan cara pandang non Islam, padahal Indonesia masyarakat terbesar adalah beragama Islam.

Saya selalu berdo'a, semoga ada reaksi revolusi sosial yang mampu meluruskan antara hubungan masyarakat dengan negara, agar terjadi keselarasan dan keseimbangan yang saling menguatkan satu sama lain, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang dapat berjalan sejajar dengan karakter masyarakat pada umumnya, bukan masyarakat islam terpaksa hidup di negara non Islam, dan semoga tercipta negara " Baldatun thoyibatun warabbun ghafur ". Wallahu a'lam bisshowab............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
.

Indonesia Bukan Negara Islam, Malaysia Menolak Bergabung


Bangsa Indonesia di saat memasuki zaman kemerdekaan penuh dengan segudang rintangan penghalang, bahkan sesudah kemerdekaan bangsa Indonesia masih terus di Intervensi bangsa raksasa Eropa, Amerika, dan Australia, mengingat bangsa Indonesia sangat berbahaya bagi bangsa barat, karena Indonesia merupakan bangsa terbesar di kawasan asia tenggara. Inilah yang menjadi masalah bagi bangsa barat di saat kemerdekaan Indonesia datang dan sesudahnya.

Malaysia pada saat Indonesia memasuki babak kemerdekaan, para pemimpin nusantara melalui gerakan nasional berupaya melakukan sebuah pendekatan politis, untuk menggabungkan bangsa nusantara dalam satu bendera, sehingga pada saat itu pemimpin dari bangsa Malaysia mulai melakukan gerilya politis dengan Indonesia, agar dapat menggabungkan antara bangsa Indonesia dan Malaysia di bawah satu bendera nusantara, namun perjalanan sejarah tak semulus yang di Cita-citakan para pemimpin bangsa di kawasan nusantara, mengingat bangsa penjajah masih meletakkan kaki di tanah nusantara, sehingga penggabungan kedua negara besar ini mengalami kegagalan.

Bangsa Malaysia siap bergabung dengan Indonesia dengan catatan harus sesuai dengan karakter masyarakat di negara tersebut, mengingat bangsa Malaysia punya karakter berwajah Islam di tengah-tengah kehidupan msyarakat, sedangkan Indonesia cenderung keberagaman dalam kehidupan masyarakat, sehingga bangsa Indonesia dan Malaysia tidak menemukan jalan integrasi dalam naungan satu bendera nusanatara, di sebabkan masalah cara pandang dan azas sebuah bangsa yang berbeda. Inilah yang menjadi kegagalan penggabungan Malaysia dengan Indonesia.

Sebenarnya, pada saat Detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia sudah mulai mempersiapkan azas berdasarkan Islam, namun melihat tekanan dari bangsa penjajah yang begitu kuat, sehingga Indonesia mengalihkan dari azas Islam menuju Pancasiila dalam meletakkan dasar negara Indonesia.

Melihat kondisi bangsa Indonesia yang tidak berazaskan Islam, maka bangsa Malaysia mulai mendekati Inggris, untuk minta dukungan kemerdekaan bangsa Malaysia, Inggris menyetujui dengan syarat kontrak politik yang mengatasnamakan, bahwa kemerdekaan Malaysia adalah hadiah dari bangsa Inggris, disitulah awal perselingkuhan Malaysia dengan Inggris dan mengingkari wajah bangsa nusantara Indonesia.

Berangkat dari argumen di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa di saat mendekati kemerdekaan Indonesia, bangsa Malaysia mulai gerilya politis dengan Indonesia, untuk menggabungkan wilayah Malaysia dan Indonesia di bawah naungan bendera nusantara, namun melihat bangsa Indonesia yang tidak berazaskan Islam, maka bangsa Malaysia lebih memilih mendirikan bangsa sendiri di banding bergabung dengan bangsa Indonesia. Wallahu a'lam bisshowab............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
.
.

Indonesia Bukan Negara Islam, Malaysia Menolak Bergabung


Bangsa Indonesia di saat memasuki zaman kemerdekaan penuh dengan segudang rintangan penghalang, bahkan sesudah kemerdekaan bangsa Indonesia masih terus di Intervensi bangsa raksasa Eropa, Amerika, dan Australia, mengingat bangsa Indonesia sangat berbahaya bagi bangsa barat, karena Indonesia merupakan bangsa terbesar di kawasan asia tenggara. Inilah yang menjadi masalah bagi bangsa barat di saat kemerdekaan Indonesia datang dan sesudahnya.

Malaysia pada saat Indonesia memasuki babak kemerdekaan, para pemimpin nusantara melalui gerakan nasional berupaya melakukan sebuah pendekatan politis, untuk menggabungkan bangsa nusantara dalam satu bendera, sehingga pada saat itu pemimpin dari bangsa Malaysia mulai melakukan gerilya politis dengan Indonesia, agar dapat menggabungkan antara bangsa Indonesia dan Malaysia di bawah satu bendera nusantara, namun perjalanan sejarah tak semulus yang di Cita-citakan para pemimpin bangsa di kawasan nusantara, mengingat bangsa penjajah masih meletakkan kaki di tanah nusantara, sehingga penggabungan kedua negara besar ini mengalami kegagalan.

Bangsa Malaysia siap bergabung dengan Indonesia dengan catatan harus sesuai dengan karakter masyarakat di negara tersebut, mengingat bangsa Malaysia punya karakter berwajah Islam di tengah-tengah kehidupan msyarakat, sedangkan Indonesia cenderung keberagaman dalam kehidupan masyarakat, sehingga bangsa Indonesia dan Malaysia tidak menemukan jalan integrasi dalam naungan satu bendera nusanatara, di sebabkan masalah cara pandang dan azas sebuah bangsa yang berbeda. Inilah yang menjadi kegagalan penggabungan Malaysia dengan Indonesia.

Sebenarnya, pada saat Detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia sudah mulai mempersiapkan azas berdasarkan Islam, namun melihat tekanan dari bangsa penjajah yang begitu kuat, sehingga Indonesia mengalihkan dari azas Islam menuju Pancasiila dalam meletakkan dasar negara Indonesia.

Melihat kondisi bangsa Indonesia yang tidak berazaskan Islam, maka bangsa Malaysia mulai mendekati Inggris, untuk minta dukungan kemerdekaan bangsa Malaysia, Inggris menyetujui dengan syarat kontrak politik yang mengatasnamakan, bahwa kemerdekaan Malaysia adalah hadiah dari bangsa Inggris, disitulah awal perselingkuhan Malaysia dengan Inggris dan mengingkari wajah bangsa nusantara Indonesia.

Berangkat dari argumen di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa di saat mendekati kemerdekaan Indonesia, bangsa Malaysia mulai gerilya politis dengan Indonesia, untuk menggabungkan wilayah Malaysia dan Indonesia di bawah naungan bendera nusantara, namun melihat bangsa Indonesia yang tidak berazaskan Islam, maka bangsa Malaysia lebih memilih mendirikan bangsa sendiri di banding bergabung dengan bangsa Indonesia. Wallahu a'lam bisshowab............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
.
.