Saturday, 22 December 2012

Setumpuk Air Mata Tasbih






Tatkala malam gelap gulita beranjak mendekat, hati mulai tergores limbah dosa bertebaran di alam raya, sampai daku menitikkan air mata dalam genangan gerimis kehidupan, hingga tak sadarkan diri ketitik nafas pemberhentian.

Alam terpancar dari warna aura jingga menghujam dicelah-celah jiwa kesepian, magnet kehidupan berupa harta, tahta, wanita menjadi seonggok dosa tak terampunkan, tatkala itu pula daku mengucapkan dari hati setumpuk tasbih sebagai wujud rasa puja-puji syukurku pada Ilahi.

Subhanallah, subhanallah, subhanallah, terucap lirih dari hati sanubariku yang terdalam, agar ruh dan jasadku mendapatkan ketenangan yang terpancar dari rahmat dan berkah Ilahi. 

Keikhlasan satu kata indah dalam sukma kehidupan, agar ridha dari sang maha pencipta segala tertoreh pada jiwa dan raga, karena ridha dan keikhlasan salah satu kunci taubat atas dosa-dosa daku yang kian menumpuk bagai "bah air samudra di alam raya".

Ooo...Allah, daku berlari di alam kehidupan yang penuh banjir dosa, bahkan dosa sudah bertebaran di cakrawala, tapi daku tak mampu hilang dari segala dosa, karena ruh dan jasadku sudah terjebak dalam lingkaran limbah kehidupan.

Makna kehidupan telah menjadi abal-abal kepalsuan, dusta tiap detik mengarungi nafas di alam raya, sampai pada titik akhir kemurkaanMU tiba, tsunami, banjir, gunung meletus, gempa, dan berbagai bencana alam tiba tanpa disangka, karena Firman dan Sabda telah diabaikan para pendusta, akhirnya atas dosa-dosa yang kian menumpuk di alam raya, bencana alam maupun kemanusiaan tak dapat disanggah, karena lagi-lagi alam sudah tercemar limbah berbagai dosa.

Setumpuk tetesan air mata tasbih di keheningan malam menghias warna langit dan bumi, tatkala itu pula daku bertaubat atas dosa alam raya, bersama sebuah makna akhir zaman yang kian mulai terasa di alam jiwa maupun raga, dan akhirnya tetesan air mata menjadi saksi bisu antara daku dan sang maha pencipta segala.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........