Wednesday, 15 February 2012

"Badai FPI Menerpa Nusantara Indonesia".




FPI merupakan salah satu ormas yang gencar dalam pemberitaan, apalagi FPI tengah dilanda konfliks dengan petinggi Kalteng dan Konco-konconya. Sehingga tidak heran beberapa hari ini di berbagai media mengulas masalah FPI sebagai salah satu korban pengusiran di Kalimantan tengah. Bahkan di duga ada percobaan pembunuhan terhadap petinggi FPI. Karena pada saat pengusir disinyalir ada yang membawa senjata tajam, mandau dan berbagai senjata lainnya dalam melakukan aksi pengusiran.

Keberadaan FPI mulai diperhitungkan diberbagai kalangan masyarakat, pejabat, buruh dan berbagai kalangan lainnya. Mengingat basis massa FPI sudah mengakar dan kuat sebagai ormas yang getol melawan berbagai bentuk penyakit ditengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini, baik masalah miras, pencurian, perampokan, korupsi, Kolusi, narkoba dan berbagai bentuk penyakit masyarakat lainnya.

Gerakan FPI dalam melakukan berbagai aksi di anggap sebagian masyarakat sebagai bentuk negatif, sehingga menghasilkan sebuah kegelisahan bagi mereka yang tidak setuju dengan Cara-cara yang di tempuh dalam aksi FPI. Karena menganggap aksi FPI terlalu keras dan mengarah kasar dalam melakukan sebuah aksi menentang segala penyakit masyarakat

Aksi FPI di berbagai kota dan daerah tak lepas dari berbagai kondisi penyakit masyarakat yang semakin tajam mengarah kerusakan moral. Sehingga menghasilkan sebuah generasi yang mengidap penyakit masyarakat yang sulit di cari obatnya. Sehingga wajar kerusakan bangsa Indonesia di sebabkan faktor kerusakan moral. Inilah yang memicu korupsi, kolusi dan nepotisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan penyakit tersebut sudah menjadi kanker dalam tubuh para petinggi NKRI.

Penyakit masyarakat yang terus mewabah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bagai tsunami yang tidak dapat di bendung lagi. Sehingga penyakit semakin menular dari generasi kegenerasi dan terus menggerogoti dalam tubuh kehidupan masyarakat secara luas. Berangkat dari sinilah yang menjadi acuan berbagai aksi FPI dalam menyikapi berbagai penyakit masyarakat saat ini.

Ormas FPI dikenal sebagai salah satu kelompok dengan ketegasan, keberanian, dan tanpa ragu dalam mengambil sikap. Bahkan tanpa kompromi saat menghadapi berbagai penyakit masyarakat, sehingga wajar kalau FPI banyak pengkritik dan para penentang secara destruktif maupun buta dalam memberi gambaran sosok ormas FPI saat ini.

"Badai FPI menerpa nusantara Indonesia". Lalu kuatkah FPI bertahan di NKRI atau malah FPI akan tenggelam di telan bumi Nusantara Indonesia? waktulah yang akan menjawab. karena FPI tengah di uji seberapa kuat melawan arus penyakit masyarakat yang sudah mewabah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan Allah maha tahu segala.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... ......

Suka Menghina FPI, Tetapi Hina Diri Sendiri Tidak di Hiraukan




Judul diatas terinspirasi “Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur. Bahwa Gus Dur mengajarkan kepada anak bangsa tentang menyikapi perbedaan dengan arif dan bijaksana, agar terjadi sebuah perbedaan sebagai rahmat seluruh alam, tetapi ternyata sebuah perbedaan terkadang di artikan lain, sehingga menghasilkan paradigma yang jauh dari Nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan perbedaan telah dijadikan rasa benci terhadap kelompok tertentu. Inilah penyakit hati yang harus di obati dalam diri setiap insan manusia.

Gus Dur merupakan tokoh bangsa Indonesia dengan memegang teguh "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai falsafah cara pandang menyikapi sebuah perbedaan, Namun saat ini kita di hadapkan berbagai macam persoalan yang kita anggap negatif, tetapi kita lupa negatif yang kita miliki. Sehingga menghasilkan sebuah penyakit hati dengan menghina organisasi tertentu atau Individu tertentu, tanpa bercermin dalam diri kita sendiri terlebih dahulu.

Kritik membangun sangat di butuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi menghina, menodai dan berbagai macam tindak destruktif sangat bertentangan dalam kehidupan masyarakat secara luas. Sehingga kedepan di perlukan sebuah instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang suka menghina? Kalau kita termasuk golongan tersebut, apakah kita lebih baik di banding kelompok yang kita hina? Nah! disinilah perlu sebuah cermin, agar kita tahu bahwa kita belum tentu lebih baik dari kelompok maupun individu yang kita hina.

Saat ini di tengah konfliks petinggi FPI menghadapi masalah penolakan di Kalimantan tengah, ada berbagai argumen muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. sebagian ada yang masih sehat dalam berpikir tentang konfliks tersebut, tetapi ada sebagaian nalar orang yang sudah tidak berjalan. Sehingga menghasilkan sebuah komentar destruktif terhadap FPI, tanpa di dasari argumen konstruktif dalam menyikapi sebuah persoalan. Karena yang ada hanya sebatas kebencian dan dendam tentang keberadaan kelompok FPI. Bahkan muncul penghinaan terhadap lembaga FPI secara buta dan kasar.

Berangkat dari tulisan di atas muncul sebuah pertanyaan. Ketika mereka berani menghina FPI, apakah mereka lebih baik dari FPI? Nah! inilah pertanyaan sederhana yang dapat dijadikan koreksi dalam diri kita, agar kedepan kita dapat terhindar dari penyakit hati.

Ingatlah sepenggal “Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur. Seneng ngafirke marang liyane, Kafire dewe gak digatekke (senang mengkafirkan orang lain, kafir dalam diri sendiri tidak di hiraukan). Berarti suka menghina FPI, tetapi hina dalam diri sendiri tidak dihiraukan. Semoga Allah menerima taubat kami, Amiens..........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... .....