Sunday 7 October 2012

Islam Tradisional Pada Masa Reformasi




Masa reformasi menjadi tonggak perjalanan sebuah bangsa besar dalam membangun kekuatan yang bertumpu pada demokrasi, tetapi dalam perjalanan reformasi menghadapi beragam kendala yang membelit kehidupan sebuah bangsa dan negara. Mengingat reformasi sebuah masa dengan slogan kebebasan dan keterbukaan.

Kebebasan dan keterbukaan pada masa reformasi menghasilkan beragam corak pandang masyarakat dalam mengungkap sebuah realita kehidupan. Namun dengan masa kebebasan dan keterbukaan banyak paradigma yang menyimpang dari nilai-nilai kearifan lokal. Sehingga dengan realita putaran arus kehidupan berbangsa dan bernegara mengalami berbagai kendala yang sangat mengkhawatirkan.

Perang idiologi pada masa reformasi, begitu menggeliat dalam kehidupan masyarakat, baik idiologi liberalisme, sekulerisme, marxisme, nihilisme, positivisme, khilafahisme dan masih banyak lagi bangunan idiologi yang hadir pada arus reformasi.

Kehadiran reformasi merupakan sebuah puncak pertarungan beragam idiologi ditengah-tengah masyarakat, baik idiologi yang mengusung minoritas maupun mayoritas. Sehingga kekacauan dalam pola pikir terjadi pada masa reformasi, apalagi reformasi mengandung sebuah nilai-nilai kebebasan dan keterbukaan, tentu membuat banyak pihak memanfaatkan momentum reformasi dengan segudang pemikirannya.

Liberalisme dengan berbaju westernisasi tak ketinggalan meramaikan pertarungan idiologi. Bahkan tak jarang liberalisme masuk dalam kajian ke-Islaman, tentu diharapkan mampu mencapai sebuah pemikiran yang sesuai dengan bangsa barat. Mengingat paradigma liberalisme sangat menyimpang dari tatanan masyarakat pribumi sebagai bangsa yang berpegang teguh pada falsafah tepa selira.

Membangun gagasan pada masa reformasi merupakan sebuah realita yang nampak mencerahkan, tetapi ternyata tak jarang bangunan reformasi bersifat abal-abal. Mengingat kebenaran pada masa reformasi sulit dibedakan antara hitam dan putih, semua terasa sulit saat memilah antara sesat dan benar menjadi abu-abu kebenaran.

Masa reformasi tak jarang geliat kebebasan dan keterbukaan disalah-gunakan. Sehingga menghasilkan kebebasan dan keterbukaan yang menyimpang dari kearifan lokal, tentu peristiwa reformasi yang disalah-gunakan harus diluruskan sesuai dengan kearifan lokal ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Islam tradisional pada masa reformasi sebagai garda depan dalam membangun sebuah gagasan dengan mengangkat kearifan lokal yang berpangkal pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah sinergi yang saling melengkapi antara masyarakat pribumi dengan iklim sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.

Pendidikan salah satu pintu gerbang terbesar pada masa reformasi dalam mengubah sendi-sendi kehidupan. Sehingga banyak sekali paradigma pemikiran dari bangsa asing yang hadir dalam dunia pendidikan. Mengingat pendidikan salah satu tempat yang tepat dalam membentuk karakter masyarakat yang sesuai dengan kepentingan para politisi.

Pada masa reformasi sudah semestinya dimulai dengan membangun paradigma pemikiran yang berakar pada kearifan lokal. Karena kearifan lokal merupakan jati diri sebuah bangsa, apabila jati diri sebuah bangsa tidak mendapatkan tempat yang semestinya, tentu sangat mengkhawatirkan akan terjadi polemik sosial yang sangat membahayakan bagi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Memberdayakan kearifan lokal, tentu disertai nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah realita yang saling bersinergi satu sama lain. Karena kearifan lokal dan nilai-nilai ke-Islaman merupakan sebuah perpaduan antara ruh dan raga.

Keberadaan kearifan lokal ditengah-tengah kehidupan masyarakat luas, sudah semestinya pada masa reformasi menjadi acuan dalam membangun sebuah bangsa dan negara. Karena kalau sebuah bangsa dan negara hanya bertumpu pada kebebasan dan keterbukaan, tentu akan terjadi sebuah penyimpangan dalam kehidupan. Mengingat kebebasan dan keterbukaan belum mempunyai jenis kelamin yang jelas.

Kebebasan dan keterbukaan sudah seharusnya tidak berjenis kelamin ganda, tetapi berjenis kelamin pada akar kehidupan masyarakat lokal, agar terjadi sebuah sinergi yang kuat antara masyarakat dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebebasan dan keterbukaan pada masa reformasi tak jarang dimanfa'atkan segelintir kelompok dengan mengatasnamakan HAM, tetapi pada substansinya segelintir kelompok tersebut, ingin memasukkan paradigma pemikiran yang bersandarkan pada gerakan westernisasi.

Lalu muncul pertanyaan dari lubuk hati yang paling dalam, kebebasan dan keterbukaan seperti apa yang tepat pada masa reformasi? Jawabannya sederhana, tentu tidak lain dan tidak bukan, kebebasan dan keterbukaan yang sesuai dengan falsafah kearifan lokal dengan bersandar pada nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga dapat menghasilkan kebebasan dan keterbukaan yang sehat ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara universal.

Semoga Allah SWT selalu memberi rahmat dan berkah kepada para pembaca tulisan singkat ini, Amiin........

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........