Thursday, 30 December 2010

Nenek Dan Ayam Bakar



Waktu saya berjalan di areal perkampungan yang jauh dari kota, terlihat berjajar pohon pisang yang nampak molek pesona, apalagi sesekali nampak ada pisang yang sudah mulai masak dan siap untuk dipetik, tentu hati ini merasakan dengan berandai-andai, apabila ini adalah pohon pisangku, tentu aku akan secepatnya mengambil pisang yang sudah terlihat matang itu, apalagi perutku yang sudah keroncongan yang sejak pagi tadi belum makan.

Setelah berjalan agak lama, saya mulai menemukan pemukiman yang nampak terlihat sepi mencengangkan, sehingga membuat detakan jantung ini semakin kencang, karena ada rasa khawatir Jangan-jangan ini kampung yang tak berpenghuni, mulailah bulu kudukku merasakan sesuatu yang biasanya tak kurasakan, dengan bermodal nekat aku tetap langkahkan kakiku menyusuri perkampungan itu.

Hmm...ternyata terlihat dari jauh ada sosok nenek yang berdiri sambil memanggang ayam dengan begitu rilexsnya dia, betapa bahagia hati ini kurasakan saat itu, karena ternyata ada penghuni juga kampung ini, langsung saja kuhampiri dan kusapa nenek itu, dan dia seketika memandangku dengan heran, lalu aku bilang pada nenek itu bahwa aku adalah sang pejalan kaki yang kebetulan lewat kampung yang sepi ini, dia dengan bijak menjawab dengan lemah lembut dan mempersilahkan aku untuk duduk di ruang tamu.

Sebenarnya saya bisa menebak kalau nenek ini akan memberikan ayam bakar untuk makan siangku, Ya!!..tebakanku ternyata betul, nenek itu membawakan aku ayam bakar beserta nasi dan mempersilahkan aku untuk memakan sepuasnya, betapa hatiku bahagia yang terasa dalam benak, mengingat dengan berjalan mulai dari pagi hari ternyata ada nenek yang baik hati mau membawakan makanan favoritku, langsung saja seketika tanpa basa-basi tanganku mulai bergerak mengambil ayam bakar yang di sediakan nenek dan tak lupa kureguk air putih terlebih dahulu, sebelum aku menghabiskan makanan yang ada di meja yang disediakan nenek tadi.

Setelah ayam bakar semua sudah habis kumakan, aku istirahat sejenak di depan rumah nenek dan memandang kampung yang begitu sepi. Waktu tak terasa begitu cepat dan hari sudah mulai nampak sore, secepat mungkin aku berpamitan pada nenek tadi, dan tak lupa aku mengucapkan terima kasih banyak buat nenek yang telah memberikan ayam bakar gratis di makan siangku, akhirnya aku meneruskan perjalanan menuju rumah pribadiku.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).....

Nenek Dan Ayam Bakar



Waktu saya berjalan di areal perkampungan yang jauh dari kota, terlihat berjajar pohon pisang yang nampak molek pesona, apalagi sesekali nampak ada pisang yang sudah mulai masak dan siap untuk dipetik, tentu hati ini merasakan dengan berandai-andai, apabila ini adalah pohon pisangku, tentu aku akan secepatnya mengambil pisang yang sudah terlihat matang itu, apalagi perutku yang sudah keroncongan yang sejak pagi tadi belum makan.

Setelah berjalan agak lama, saya mulai menemukan pemukiman yang nampak terlihat sepi mencengangkan, sehingga membuat detakan jantung ini semakin kencang, karena ada rasa khawatir Jangan-jangan ini kampung yang tak berpenghuni, mulailah bulu kudukku merasakan sesuatu yang biasanya tak kurasakan, dengan bermodal nekat aku tetap langkahkan kakiku menyusuri perkampungan itu.

Hmm...ternyata terlihat dari jauh ada sosok nenek yang berdiri sambil memanggang ayam dengan begitu rilexsnya dia, betapa bahagia hati ini kurasakan saat itu, karena ternyata ada penghuni juga kampung ini, langsung saja kuhampiri dan kusapa nenek itu, dan dia seketika memandangku dengan heran, lalu aku bilang pada nenek itu bahwa aku adalah sang pejalan kaki yang kebetulan lewat kampung yang sepi ini, dia dengan bijak menjawab dengan lemah lembut dan mempersilahkan aku untuk duduk di ruang tamu.

Sebenarnya saya bisa menebak kalau nenek ini akan memberikan ayam bakar untuk makan siangku, Ya!!..tebakanku ternyata betul, nenek itu membawakan aku ayam bakar beserta nasi dan mempersilahkan aku untuk memakan sepuasnya, betapa hatiku bahagia yang terasa dalam benak, mengingat dengan berjalan mulai dari pagi hari ternyata ada nenek yang baik hati mau membawakan makanan favoritku, langsung saja seketika tanpa basa-basi tanganku mulai bergerak mengambil ayam bakar yang di sediakan nenek dan tak lupa kureguk air putih terlebih dahulu, sebelum aku menghabiskan makanan yang ada di meja yang disediakan nenek tadi.

Setelah ayam bakar semua sudah habis kumakan, aku istirahat sejenak di depan rumah nenek dan memandang kampung yang begitu sepi. Waktu tak terasa begitu cepat dan hari sudah mulai nampak sore, secepat mungkin aku berpamitan pada nenek tadi, dan tak lupa aku mengucapkan terima kasih banyak buat nenek yang telah memberikan ayam bakar gratis di makan siangku, akhirnya aku meneruskan perjalanan menuju rumah pribadiku.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).....

Mabuk Kopi Panas



Malam menunggu pagi yang belum datang, kurebahkan sesaat badanku yang lagi pegal-pegal kebanyakan menganggur hari ini, biasanya saya begitu sibuk di jalanan dengan mengantar roti dagangan, tetapi hari ini berbeda dengan hari kemarin, karena sementara perusahaan roti lagi macet gara-gara listrik yang tak menyala, sehingga produksi di hentikan sesaat dengan menunggu listrik menyala lagi.

Kunikmati malam ini dengan sesekali melihat komputer dan membaca beberapa surat kabar yang mengabarkan tentang politik yang semakin memanas, sesekali pula kupejamkan sejenak mataku dan kuberpikir malam ini saat yang tepat untuk mabuk kopi panas disepanjang keheningan malam, sambil menunggu sang fajar tiba.

Mulai kusiapkan bubuk dan gula, tak lupa memasak air dengan sepanas mungkin hasilnya. Setelah semua selesai mulai kutuangkan air keceret yang ada diatas meja, biasanya aku hanya minum kopi satu gelas saja cukup, namun malam ini sudah terhitung sepuluh gelas aku menuangkan air kopi panas dari ceret, badan ini merasakan ada sesuatu yang nampak beda dari biasanya, dengan kopi yang tak biasa kuminum sebanyak ini, mulailah tubuhku sempoyongan dan merasakan berat memikul kepala, namum aku tetap berjalan keluar rumah, sambil sesekali menghirup udara malam.

Setelah minum kopi panas yang terlalu banyak, aku teringat kenangan masa silam dan dalam benakku bertanya apa mungkin ini yang di katakan mabuk kopi panas?.... Kisah mabuk kopi panas yang sering di ucapkan sahabatku waktu di asrama dulu, dengan bicara lantang dia mengajakku mabuk kopi panas sampai pagi, tetapi aku sering menolak sebab waktu itu aku harus bangun pagi dan menyiapkan kebutuhan sekolahku yang pagi betul aku harus berangkat.

Malam yang menakjubkan bersama kopi panas dan malam ini waktuku akan kuhabisakan dengan meminum bercangkir-cangkir kopi panas yang menjadi teman hari spesialku di kegelapan malam yang sepi merajuk, tetapi dengan kopi panas hati terasa begitu nyaman dalam jiwa, mungkin saja karena aku yang lagi dalam keadaan mabuk kopi panas, sehingga tidak terasa beban di kepala seketika hilang yang tadi begitu berat kurasa, malam ini benar-benar terasa ringan keadaan yang kurasa, mungkin saja gara-gara bubuk, gula dan air panas menjadi satu dalam nuansa malam menunggu pagi tiba.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)............

Mabuk Kopi Panas



Malam menunggu pagi yang belum datang, kurebahkan sesaat badanku yang lagi pegal-pegal kebanyakan menganggur hari ini, biasanya saya begitu sibuk di jalanan dengan mengantar roti dagangan, tetapi hari ini berbeda dengan hari kemarin, karena sementara perusahaan roti lagi macet gara-gara listrik yang tak menyala, sehingga produksi di hentikan sesaat dengan menunggu listrik menyala lagi.

Kunikmati malam ini dengan sesekali melihat komputer dan membaca beberapa surat kabar yang mengabarkan tentang politik yang semakin memanas, sesekali pula kupejamkan sejenak mataku dan kuberpikir malam ini saat yang tepat untuk mabuk kopi panas disepanjang keheningan malam, sambil menunggu sang fajar tiba.

Mulai kusiapkan bubuk dan gula, tak lupa memasak air dengan sepanas mungkin hasilnya. Setelah semua selesai mulai kutuangkan air keceret yang ada diatas meja, biasanya aku hanya minum kopi satu gelas saja cukup, namun malam ini sudah terhitung sepuluh gelas aku menuangkan air kopi panas dari ceret, badan ini merasakan ada sesuatu yang nampak beda dari biasanya, dengan kopi yang tak biasa kuminum sebanyak ini, mulailah tubuhku sempoyongan dan merasakan berat memikul kepala, namum aku tetap berjalan keluar rumah, sambil sesekali menghirup udara malam.

Setelah minum kopi panas yang terlalu banyak, aku teringat kenangan masa silam dan dalam benakku bertanya apa mungkin ini yang di katakan mabuk kopi panas?.... Kisah mabuk kopi panas yang sering di ucapkan sahabatku waktu di asrama dulu, dengan bicara lantang dia mengajakku mabuk kopi panas sampai pagi, tetapi aku sering menolak sebab waktu itu aku harus bangun pagi dan menyiapkan kebutuhan sekolahku yang pagi betul aku harus berangkat.

Malam yang menakjubkan bersama kopi panas dan malam ini waktuku akan kuhabisakan dengan meminum bercangkir-cangkir kopi panas yang menjadi teman hari spesialku di kegelapan malam yang sepi merajuk, tetapi dengan kopi panas hati terasa begitu nyaman dalam jiwa, mungkin saja karena aku yang lagi dalam keadaan mabuk kopi panas, sehingga tidak terasa beban di kepala seketika hilang yang tadi begitu berat kurasa, malam ini benar-benar terasa ringan keadaan yang kurasa, mungkin saja gara-gara bubuk, gula dan air panas menjadi satu dalam nuansa malam menunggu pagi tiba.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)............