Wednesday 18 November 2015

Mahar Nabi Muhammad Saat Meminang Siti Khadijah


By: Khoirul Taqwim

Nabi Muhammad merupakan pemuda yang berasal dari kalangan sederhana dan bersahaja, namun ternyata Nabi Muhammad saat meminang Siti Khadijah salah satu saudagar terkaya di masa silam, Nabi Muhammad tidak Segan-segan memberi mahar sebanyak seratus ekor unta, sungguh luar biasa besar pada zaman dahulu kala, kalau melihat dari kekayaan Nabi Muhammad yang tidak terlalu kaya di banding Siti Khadijah.

Seratus unta kalau di lihat pada zaman saat ini, ternyata punya nilai tinggi, bahkan, apabila dirupiahkan saat ini, seratus unta sekitar 1,2 Milyar, mengingat Rata-rata harga unta saat ini sekitar 12 juta perekor. Nah! berarti mahar Nabi Muhammad begitu besar dilihat zaman dahulu kala sampai saat ini, apalagi melihat latar belakang Nabi Muhammad yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana.

Mahar Nabi Muhammad saat meminang siti Khadijah banyak yang mengira hanya dalam hitungan kecil, ternyata perkiraan itu sangat salah kaprah, lalu kenapa Nabi Muhammad memberi mahar begitu besar kepada Siti Khadijah? sebab Nabi Muhammad sangat menghormati wanita, apalagi sang istri yang bernama Siti Khadijah, sehingga harta bukanlah hal yang berharga, apabila di banding dari nilai sang istri tercinta. Nah! dari situlah kita diajak mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah agung Nabi Muhammad pada saat meminang wanita yang di cintai.

Berangkat dari tulisan di atas kita di ajak berpikir dan merenungi, bahwa sang istri punya nilai istimewa yang tidak dapat di ukur hanya sebatas dari sudut materi, sehingga memberikan mahar seratus unta kepada sang Istri merupakan salah satu bentuk cara memulaikan sang istri.

Kisah di atas merupakan cara Nabi Muhammad memberikan pelajaran kepada umat manusia, bahwa harta benda tak sebanding, apabila di bandingkan dari nilai sang istri tercinta, sehingga belajarlah dari Nabi Muhammad dalam menjunjung tinggi keberadaan wanita, khususnya istri yang menemani sepanjang hayat kita nanti. Wallahu a'lam bisshowab...........

Antar Bloger Nusantara


Paradigma Islam Tradisional Pasca Reformasi


By: Khoirul Taqwim

Reformasi merupakan sebuah agenda besar dalam melakukan sebuah perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan reformasi di jadikan sebuah bentuk bangunan pembebasan dari belenggu kediktatoran dari sebuah rezim kepemimpinan. Karena reformasi merupakan salah satu proses dalam membangun sebuah peradaban bangsa secara terbuka dan berani dalam mengambil sebuah sikap, untuk mengemban amanat dan tanggung jawab suci dalam mewujudkan sebuah perubahan.

Perjalanan reformasi yang menjadi sebuah impian besar para pelopor gerakan dalam mengggulingkan rezim kepemimpinan diktator, telah mengubah paradigma kebangsaan dari tertutup menuju sebuah sistem keterbukaan. Sehingga dengan sistem terbuka mengakibatkan sebuah idiologi baru masuk keranah kebangsaan. Berangkat dari sinilah sistem keterbukaan dengan mengedepankan dalil sebuah kebebasan telah menjadikan keberagaman corak berpikir berkembang secara pesat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih jauh lagi, bahwa pasca reformasi dengan sistem keterbukaan telah masuk keranah keagamaan, agama Islam sebagai lumbung gagasan baru muncul di era reformasi dengan berbagai wajah dalam menampakkan diri saat menggagas tentang dunia ke-Islaman. Sehingga terjadilah sebuah pertarungan yang sangat gencar dalam pemahaman tentang ke-Islaman di era pasca reformasi.

Pergolakan pasca reformasi dalam dunia Islam berkembang begitu pesat dalam kajian ekonomi, sosial, politik, budaya. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kontroversial. Bahkan sebuah gagasan yang cenderung mengarah di luar sebuah adat kebiasaan masyarakat secara luas juga berkembang pesat. Sehingga terkadang memunculkan sebuah paradigma berseberangan antara yang satu dengan lainnya.

Reformasi merupakan salah satu pintu gerbang keterbukaan dalam memahami dan menerjemahkan beragam persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Bahkan reformasi menjadi sebuah jalan idiologi dari luar berkembang begitu pesat masuk kewilayah Indonesia, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan maupun dalam bidang yang lain.

Keberadaan reformasi telah dijadikan alat oleh sebagian kelompok dalam menyebarkan sebuah gagasan yang menjadi sebuah idiologi. Sehingga pasca reformasi berbagai pola pikir dari paham yang menyimpang maupun paham yang ingin meluruskan agama Islam bermunculan dengan berbagai wajah yang berbeda.

Paling mencolok dalam paradigma Islam pasca reformasi merupakan pertarungan sebuah wajah besar antara liberal dengan wajah khilafah. Sehingga kedua wajah ini sering bersitegang mulai dari adu argumen sampai pertarungan yang lebih fenomenal lagi. Mengingat pertarungan antara liberal melawan khilafah merupakan sebuah pertarungan dari sebuah gagasan dan budaya dari luar nusantara.

Liberal merupakan gagasan yang datang dari bangsa barat. Sehingga paradigma berpikir dari kelompok liberal cenderung mengarah terhadap permasalahan akal dalam menafsiri sebuah kehidupan. Karena liberal menekankan kepada aspek kebebasan hak individu, tetapi kelemahan terbesar dalam liberal terletak dalam penekanan tentang masalah gagasan yang cenderung menegasikan masalah hak sosial.

Hasil olah pikir liberal sering mengadopsi dari pemikiran barat dalam menerjemahkan tentang sebuah kehidupan beragama. Berangkat dari sinilah liberal terjebak pengulangan gagasan dengan mengarah pada kebebasan semu dalam membangun paradigma berpikir. Sebab liberal cenderung pada olah konteks dalam memberikan sebuah tafsir tentang keagamaan, padahal dalam menafsirkan keagamaan tidak hanya sebatas mengandalkan tentang konteks belaka. Namun antara teks dan konteks harus mampu di sinergikan dengan tepat.

Sedangkan khilafah mengarah terhadap cara pandang tekstual dalam memberikan sebuah tafsir tentang ke-Islaman. Sehingga paradigma khilafah terjebak dalam pemahaman secara teks dan jauh dari multi real kehidupan. Berangkat dari sinilah sebuah bangunan khilafah cenderung mengadopsi paradigma gagasan budaya dari bangsa timur tengah dalam memberikan sebuah gambaran tentang Nilai-nilai ke-Islaman.

Pasca reformasi dengan ranah paradigma ke-Islaman yang berkembang dalam pertarungan idiologi liberal barat melawan khilafah timur tengah, ternyata memunculkan sebuah gagasan dari Islam tradisional sebagai penyeimbang antara liberal dengan khilafah. Sebab Islam tradisional lebih menekankan pada aspek teks dan konteks secara sinergi dalam lingkup NIlai-nilai tentang ke-Islaman. Sehingga dalam wajah Islam tradisional merupakan sebuah bentuk penerapan masyarakat pribumi dalam menggali sebuah ajaran Islam dengan konteks budaya, agar terjadi sebuah mutualisme secara real antara teks dan konteks dalam ajaran Islam.

Islam tradisional lebih cenderung mengarah menuju sebuah gagasan dari menggali nilai luhur masyarakat pribumi sendiri dalam menggagas sebuah konsep ke-Islaman. Sebab budaya timur tengah maupun budaya dari barat sangat tidak cocok dengan kepribadian masyarakat pribumi. Karena itu dengan menggali nilai luhur dalam memunculkan sebuah nilai tentang kearifan lokal dengan di masuki ajaran Islam sebagai penyeimbang antara kehidupan profan dan sakral. Berangkat dari sinilah antara kearifan lokal dapat berjalan berdampingan dengan Nilai-nilai ajaran Islam, untuk mengkaji sebuah teks dan konteks yang saling berintegrasi.

Paradigma Islam tradisional merupakan sebuah jalan tengah dalam menerjemahkan tentang Nilai-nilai ke-Islaman, agar bangsa Indonesia di era pasca reformasi mampu menggali khazanah nusantara, agar dapat di padukan antara teks dan konteks secara tepat dalam mencapai sebuah kemaslahatan umat yang berlandaskan dari ajaran suci agama Islam. Dan Allah Memberi petunjuk kepada kebenaran, atas rahmat, keagungan, dan kemuliaan-NYA.

Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Eksistensi Islam tradisional sudah mulai menjadi kajian para pemikir di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahkan saat ini Islam tradisional sudah mulai menjadi pembicaraan para akademisi dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman dengan budaya masyarakat setempat. Sebab Islam dengan budaya merupakan sebuah bangunan yang saling berkesinambungan secara utuh, tanpa terpisah sama sekali dalam kehidupan masyarakat Islam.

Sejak zaman dahulu kala Islam tradisional sering di petakan oleh para ahli dari barat. Bahwa Islam tradisional merupakan sebuah bentuk bangunan konservatif yang tertutup, padahal Islam tradisional bukan masalah tertutup atau terbuka dalam menerjemahkan kehidupan yang serba multi real, tetapi paradigma Islam tradisional cenderung mengarah pada memfilters sebuah budaya asing yang ingin masuk dalam ranah multi real kehidupan masyarakat secara universal.

Paradigma berpikir Islam tradisional dalam membangun tentang dunia ke-Islaman, agar tidak terjadi kebebasan yang dilandasi bukan semangat dari kepribadian masyarakat pribumi. Maka Islam tradisional lebih mengedepankan tentang kebijakan tepa selira dalam membangun falsafah keberagaman ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tradisional dianggap para pemikir barat sebagai corak pemikiran yang cenderung tertutup dalam pola berpikir, padahal barat sendiri tertutup di saat mendapatkan penjelasan dari paradigma Islam tradisional.

Gagasan para pemikir barat lebih berpikir cenderung menghakimi masyarakat tradisional, dan para pemikir barat menganggap paradigma mereka merupakan sebuah pencerahan, padahal budaya dan kepribadian bangsa barat berbeda jauh dengan masyarakat tradisonal.

Masalah ketertutupan masyarakat tradisional sering disalah artikan oleh para pemikir barat, tentu dengan tujuan membuat sebuah argumen tentang Islam tradisional, agar di pandang sebelah mata oleh para pelajar didalam negeri maupun luar negeri. Sehingga menghasilkan sebuah stigma, bahwa Islam tradisional merupakan ajaran yang lebih mengedepankan kepada ketertutupan secara sempit dalam memberikan kajian tentang ke-Islaman, padahal semua itu tidaklah benar atas tuduhan dari bangsa barat.

Lebih jauh lagi, bangsa barat selalu berusaha membuka masyarakat tradisional dengan cara keterbukaan yang sesuai dengan adat istiadat dalam diri mereka, padahal kalau dilihat secara jernih tentang Islam tradisional. Bahwa keterbukaan dan kebebasan dalam Islam tradisional, tentu sesuai dengan corak pandang masyarakat tradisional sendiri, begitu pula keterbukaan dan kebebasan bangsa barat, tentu tidak lerlepas dari kepribadian bangsa barat sendiri dalam menerjemahkan tentang makna tersebut.

Keberadaan Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sebuah sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah. Sehingga Islam tradisional mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman secara kaffah dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tadisional merupakan sebuah gagasan dalam membangun masyarakat pribumi, agar mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman antara teks dan konteks, agar dapat sejalan dan beriringan dalam menerjemahkan tentang kehidupan.

Ketika berbicara Islam tradisional dalam corak pandang para pemikir barat, sering menghasilkan sebuah penilaian tentang Islam tradisional secara konservatif ala barat, padahal Islam tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dalam mengkaji tentang ke-Islaman.

Gagasan cerdas Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan tentang nilai luhur masyarakat, agar dapat menyatu secara utuh dalam ajaran dan Nilai-nilai tentang ke-Islaman, supaya menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dalam membangun khazanah Islam di kawasan Nusantara. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan berkah kepada kami, Amiin......

Membangun Politik Islam


By: Khoirul Taqwim

Politik Islam mengedepankan tentang kejujuran dalam meletakkan pondasi berbagai strategi, untuk menciptakan masyarakat yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam, supaya tercipta masyarakat yang berpegang tegung pada firman dan sabda. Karena firman dan sabda merupakan sebuah sumber tatanan kehidupan, untuk di jadikan sebagai cara pandang bagi keberlangsungan di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Membangun politik Islam membutuhkan strategi yang arif dan bijaksana, supaya ajaran Islam dengan berbagai ajarannya dapat di terima di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat dengan cara sebaik-baiknya, apalagi mengingat segala kehidupan tak lepas dari sebuah pondasi dasar, supaya masyarakat luas tidak terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan kemunkaran, maka Islam sebagai tuntunan berdiri di garis depan, untuk berupaya menciptakan sebuah masyarakat yang jauh dari perbuatan tercela, agar dapat di gantikan dengan sifat yang baik dan benar.

Kehidupan masyarakat yang penuh dengan berbagai dilema, baik dari permasalahan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, keamanan, dan berbagai permasalahan lainnya. Semua tak lepas disebabkan dari permasalahan masyarakat yang jauh dari tuntunan ajaran agama Islam. Sehingga berangkat dari sinilah masyarakat perlu di beri sebuah masukan tentang ajaran Islam yang penuh dengan perdamaian, ketenteraman, agar masyarakat di dalam kehidupannya mendapatkan sebuah inspirasi positif saat menjalankan berbagai aktivitas sehari-harinya.

Keberadaan politik dengan bentuk tipu daya, bahkan politik tak jarang berbentuk menghalalkan segala cara. Sehingga bentuk politik jauh dari sifat amanah, jujur, dan jauh dari berbagai bentuk positif lainnya. Mengingat bentuk politik yang terjadi saat ini, penuh dengan intrik dengan tujuan sebatas menjatuhkan lawan politik. Berangkat dari sinilah politik yang di hasilkan hanya sebatas mengejar kehidupan duniawi belaka, tentu dengan tujuan tak lepas dari sebuah kekuasaan, tetapi bukan sebuah politik yang mendidik menuju perilaku yang baik dan mencerdaskan.

Politik Islam dengan melihat kerancuan di tengah-tengah realita kehidupan perpolitikan saat ini, maka politik Islam berupaya membangun politik yang penuh dengan sopan santun, dan jauh dari sifat tercela, supaya di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat tercipta sebuah bangsa dan negara yang aman, damai, tenteram, dan di berkahi Allah SWT.

Membangun politik Islam merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat di tawar-tawar lagi, untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat saat ini, terutama masalah akhlak yang semakin tergerus arus zaman, apalagi mengingat kerusakan sebuah bangsa tak lepas dari akhlak yang rusak, tetapi begitu juga, apabila terjadi sebuah kemajuan bangsa, tentu semua tak lepas pula dari akhlak masyarakat yang baik. Inilah yang harus menjadi perhatian segenap umat muslim, bahwa politik Islam mengedepankan perilaku yang jujur, amanah, di segala tindakan dalam berpolitik.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkah kepada para politisi Islam, supaya mampu membangun bangsa yang adil, aman, tenteram, dan damai di tengah-tengah realita kehidupan masyarakat luas, Amiin....

Perjuangan Islam di Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Islam mengajarkan beragam Norma-norma kebajikan dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat. Sehingga wajar Islam dijadikan sebuah gagasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam melakukan berbagai kajian tentang sebuah Nilai-nilai moral, ekonomi, plitik, sosial, budaya dan berbagai Nilai-nilai lainnya.

Keberadaan Islam di nusantara sudah membumi ditengah-tengah kehidupan. Bahkan Islam telah menjadi sumber kehidupan dalam keseharian masyarakat secara luas. Mengingat Islam merupakan sebuah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Sehingga Islam dapat tumbuh berkembang pesat dinusantara dalam mengembangkan beragam gagasan tentang sebuah peradaban maupun kebudayaan.

Perjuangan Islam di nusantara merupakan sebuah realita yang tak dapat dipungkiri. Mengingat perkembangan Islam dikawasan nusantara mempunyai sejarah besar bagi perkembangan Negara-negara di nusantara saat ini.

Kawasan nusantara pada zaman dahulu kala terdapat beragam negara yang berbentuk sebuah kerajaan diberbagai belahan bumi nusantara. Kerajaan Islam yang terkenal adalah: kerajaan Demak Bintoro, Samudra Pasai dan lain sebagainya, tetapi dalam perjalanan bangsa nusantara sejak bangsa eropa masuk kewilayah nusantara, dan melakukan sebuah tindakan Kesewenang-wenangan terhadap bangsa nusantara. Sehingga mengakibatkan kesengsaraan dibumi nusantara pada era penjajahan bangsa eropa.

Setelah perjalanan begitu panjang dalam catatan sejarah, ternyata bangsa nusantara mulai mampu melepaskan diri dari penjajahan bangsa eropa. Berangkat dari sinilah bahwasannya kawasan nusantara dengan sejumlah negara yang terdapat didaratan nusantara, telah memulai membangun jati diri dalam membangun sebuah bangsa yang besar, dan mulai membangun berbagai aspek kehidupan ditengah-tengah masyarakat secara luas.

Sejak kemerdekaan sejumlah bangsa dikawasan nusantara, Islam sebagai agama terbesar dikawasan nusantara mulai melakukan sebuah perjuangan disegala aspek kehidupan Bahkan tidak hanya berkutat masalah keagamaan, tetapi perjuangan Islam di nusantara sudah mulai menampakkan diri secara nyata dalam membangun sebuah peradaban, melalui pendidikan sebagai jalan membangun sumber daya manusia yang handal ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Perjuangan Islam dikawasan nusantara merupakan sebuah realita yang mempunyai sebuah nilai catatan penting bagi kejayaan Islam di bumi nusantara, agar Islam terus mampu bangkit sebagai wadah menuju perbaikan disegala aspek kehidupan.

Sejarah besar Islam dikawasan nusantara sudah tetulis sejak masa kedatangan Islam dikawasan nusantara. Sehingga keberadaan Islam saat ini sebagai jalan meneruskan sebuah perjuangan yang telah tertulis melalui tinta emas dalam membangun kejayaan Islam.

Kawasan nusantara sebagai tempat yang populer dengan kekayaan alam. Sehingga kawasan nusantara dapat dijadikan sebuah bumi percontohan di dunia dalam membangun sebuah sumber daya alam yang kaya raya. Mengingat bumi nusantara begitu kaya raya dibanding Negara-negara lain didunia.

Perjuangan Islam membutuhkan semangat pantang menyerah dalam menegakkan Panji-panji Islam dalam membangun sebuah peradaban yang bebasis kemajuan, tetapi tidak melupakan akar budaya nusantara sebagai salah satu kearifan lokal dibumi nusantara.

Keberadaan Islam dikawasan nusantara sudah teruji dari Berabad-abad masa silam. Bahkan hingga saat ini, Islam masih berdiri tegak dibumi nusantara sebagai agama mayoritas dikawasan nusantara, tentu semua berkat dari sebuah kerja keras para pendahulu dalam menegakkan Islam sebagai agama kebenaran didada masyarakat dikawasan nusantara.

Tonggak keberhasilan perjuangan Islam di nusantara didasari semangat keikhlasan dalam mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas. Sehingga masyarakat dibumi nusantara tertata rapi dalam membangun sebuah peradaban dan kebudayaan yang lebih mengedepankan atas nama persamaan dan kemanusiaan.

Perjuangan Islam dibumi nusantara memang membutuhkan sebuah proses yang panjang, apalagi badai rintangan selalu menghadang ditengah-tengah sebuah perjuangan, Sehingga kesabaran dalam berjuang merupakan spirit besar bagi para pejuang Islam dikawasan nusantara, dan dibelahan dunia pada umumnya. Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada para pejuang Islam dikawasan nusantara, Amiin.......

Bahaya Liberalisme Dalam Bangunan Masyarakat Islam


By: Khoirul Taqwim

Membangun masyarakat Islam membutuhkan sebuah paradigma antara kepentingan individu dan sosial, agar dapat berjalan seimbang dalam tatanan bangunan masyarakat. Sedangkan liberalisme lebih condong dalam gagasan individual, tetapi cenderung menegasikan dalam aspek sosial. Berangkat dari sinilah akan megakibatkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat. Sebab antara individu dan sosial harus sejalan dalam mengemban tanggung jawab sebagai insan manusia dalam membangun sebuah tatanan yang lebih cerdas dan bermartabat.

Paradigma liberalisme merupakan sebuah gagasan dengan corak pandang kebebasan individu dalam membangun sebuah tatanan masyarakat, padahal dalam membangun masyarakat sudah semestinya tidak menegasikan dalam aspek sosial. Berangkat dari sinilah paradigma liberalisme sebatas kebebasan individu, tetapi cenderung mengabaikan kebebasan sosial dalam tatanan masyarakat secara kaffah.

Keberadaan liberalisme sering berseberangan dengan aspek sosial. Sebab liberalisme cenderung mengarah kebebasan individu, tetapi menegasikan kebebasan sosial secara kaffah. Sehingga gagasan liberalisme dalam membangun masyakat sangatlah tidak tepat, apalagi kebebasan liberalisme terjebak pada individu dan kelompoknya. Inilah sebab akibat dari gagasan liberalisme yang cenderung mengarah kebobrokan dalam sistem masyarakat secara universal.

Konsep liberalisme selalu menggaungkan sebuah istilah kebebasan, tetapi kebebasan yang di gagas liberalisme mengarah pada kebebasan secara sempit. Sebab ketika datang sebuah gagasan selain liberalisme. Maka dengan segala cara liberalisme membendung gagasan dari luar dirinya. Berangkat dari sinilah kebebasan liberalisme merupakan sebuah gagasan dalam makna sempit, tetapi tidak secara kolektif dalam membangun sebuah bangunan antara individu dan sosial.

Bahaya liberalisme dalam bangunan masyarakat dapat dirasakan masyarakat pada saat terjadi sebuah konfliks antara individu dengan individu lain. Sebab sebuah kebebasan tanpa dilandasi tenggang rasa yang tinggi dan sebuah kesadaran sosial, tentu akan menghasilkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat.

Membangun masyarakat Islam dibutuhkan sebuah tindakan yang tepat, agar terjadi sebuah keseimbangan, tetapi kalau kebebasan liberal cenderung mengarah pada kebebasan individu belaka, tentu dalam dataran sosial telah mengalami kerancuan. Sebab dalam membangun sebuah tatanan masyarakat harus didasari semangat tenggang rasa, bukan hanya sebatas atas nama kebebasan.

Ketika liberalisme masuk dalam wilayah ekonomi, tentu akan terjadi sebuah eksploitasi secara Besar-besaran dari satu pihak, tetapi merugikan dari berbagai pihak. Berangkat dari sinilah akan terjadi sebuah sistem kapitalisme dalam membangun sebuah kehidupan masyarakat

Sistem kapitalisme merupakan bagian dari Nilai-nilai liberalisme. Sehingga kalau liberalisme sudah masuk dalam ranah ekonomi masyarakat, berarti ekonomi masyarakat telah di kuasai segelintir kelompok. Inilah bahaya liberalisme dalam wilayah ekonomi masyarakat secara universal.

Gagasan liberalisme membahayakan tidak sebatas masalah ekonomi. Namun lebih jauh lagi membahayakan segala aktivitas masyarakat, baik masalah budaya, pendidikan dan masih banyak lagi. Sebab gagasan liberalisme tak lepas dari bangsa barat sebagai pelopor tentang idiologi liberalisme. Sehingga antara bangsa barat dengan liberalisme tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebab dalam artian antara penggagas dan yang di gagas saling berkesinambungan dalam makna liberalisme.

Barat dan liberalisme merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Sebab liberalisme muncul dari ranah bangsa barat dalam menggagas segala aspek kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah paradigma dalam idiologi liberalisme dalam tatanan masyarakat barat, tetapi ketika liberalisme masuk dalam wilayah Islam, tentu akan sangat membahayakan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Sebab masyarakat Islam sudah mempunyai paradigma dan budaya sendiri dalam membangun masyarakat secara kaffah.

Lebih jauh lagi, ternyata liberalisme telah masuk dalam wilayah agama. Sehingga dapat ditebak tentang liberalisme masuk dalam wilayah agama. Maka sebuah kenyataan pahit akan terjadi dalam sebuah gagasan tentang agama yang cenderung mengedepankan aspek individu dan menegasikan aspek sosial. Berangkat dari sinilah bangunan agama dalam kehidupan masyarakat akan terjadi sebuah kerancuan antara teks dan konteks.

Paling berbahaya lagi, ketika liberalisme berubah wajah dengan istilah Islam liberal. Sebab di saat liberalisme masuk dalam ranah agama Islam, tentu akan terjadi sebuah tafsir yang mengedepankan akal secara berlebihan. Sehingga menghasilkan sebuah hipotesis antara teks dan konteks tidak sejalan. Mengingat Islam liberal cenderung mengarah pada aspek kontekstual di banding aspek tekstual.

Keberadaan Islam merupakan agama fitrah. Ketika disandingkan dengan kebebasan individu secara berlebihan, tentu akan mempersempit makna Islam itu sendiri. Sebab Islam merupakan pengejawantahan antara aspek sosial dan individu secara utuh, tetapi tidak secara parsial dalam menerjemahkan sebuah persoalan masyarakat.

Paradigma liberalisme yang mengedepankan kebebasan individu, tetapi melupakan kebebasan sosial, tentu akan menghasilkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat. Berangkat dari sinilah sudah semestinya gagasan liberalisme merupakan sebuah ide yang tidak menyentuh secara utuh antara kepentingan individu dengan kepentingan sosial, tetapi Islam sangat utuh dalam menggambarkan masyarakat secara kaffah.

Bahaya liberalisme dalam bangunan masyarakat Islam, ternyata dapat mengakibatkan sebuah kerancuan dalam tatanan kehidupan secara universal. Mengingat liberalisme merupakan paham kebebasan yang condong terhadap konteks individu, tetapi melupakan antara teks dan konteks secara individu maupun sosial dalam membangun berbagai aspek kehidupan. Dan Allah pembantu kaum muslimin. Cukuplah Dia bagi kami dan begitu besar bantuan-NYA.

Mengulas Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Islam tradisional seiring waktu perkembangan mengalami berbagai polemik, mulai dari yang paling sederhana sampai dari yang paling sulit dicerna, tetapi pada substansinya Islam tradisional terus berupaya menggali berbagai kajian tentang kearifan lokal disuatu daerah, agar terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan antara ajaran Islam dengan realita kehidupan masyarakat setempat.

Mengulas Islam tradisional tak lepas dari permasalahan yang paling sederhana, bahwa masyarakat antar daerah mengalami keberagaman, baik masalah sosial, politik, budaya, pendidikan atau dalam permasalahan lainnya, tetapi pada substansinya Islam tradisional berupaya membangun kearifan lokal, untuk dipadukan dengan nilai-nilai ke-Islaman, agar terjadi sebuah mutualisme yang saling berkesinambungan antar satu sama lainnya.

Membangun Islam tradisional tak lepas dari dukungan masyarakat setempat, untuk terus melakukan berbagai aktivitas dalam melakukan rekonstruksi disegala aspek kehidupan, agar terjadi sebuah bangunan yang mencerdaskan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Masyarakat pada umumnya menginginkan sebuah kebijakan yang arif dan bijaksana, untuk melakukan berbagai kegiatan, agar terbentuk sebuah bangunan masyarakat yang saling menghargai antar satu sama lainnya.

Saling menghargai dengan berupaya meletakkan falsafah "tepa selira", salah satu jalan pencapaian dalam membangun keseimbangan sosial, agar terwujud sebuah bangunan masyarakat yang rukun, tentram, damai, dan bersahaja, tentu semua tak lepas dari proses diskonstruksi maupun rekonstruksi ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal merupakan sebuah realita tatanan masyarakat setempat. Sehingga kearifan lokal sudah semestinya dikawal dalam meletakkan pondasi ditengah-tengah kehidupan, agar terwujud sebuah daerah yang berpegang teguh pada nilai-nilai luhur masyarakat setempat.

Pada sustansinya kearifan lokal bersandar pada nilai-nilai luhur masyarakat setempat, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terwujud sebuah masyarakat yang selamat, sehat, bermartabat didunia maupun diakhirat.

Dengan mengulas Islam tradisional ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat tak lepas dari pemahaman masyarakat lokal dalam memberi warna tentang berbagai aspek kehidupan, baik warna tentang budaya, adat istiadat maupun dalam warna diberbagai aspek kehidupan lainnya, tetapi pada substansinya Islam tradisional berupaya membangun kerarifan lokal yang bersumber pada nilai-nilai ajaran Islam, untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, sehat sentosa dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin mengglobal.

Mengulas Islam tradisional dibutuhkan pemahaman, bahwa Islam tradisional berpangkal pada kearifan lokal, dan bertumpu pada nilai-nilai ke-Islaman, agar terbentuk sebuah masyarakat yang penuh rahmat dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan, apalagi mengulas Islam tradisional tidak pernah mati ditelan zaman. Mengingat Islam tradisional sangat luas cakupannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan maupun realita kehidupan.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kami dijalan kebenaran, Amiin.......

Ketakutan Amerika Serikat Terhadap Islam Tradisional


By: Khoirul Taqwim

Amerika serikat sebagai negara super power di dunia, ternyata mempunyai kelemahan yang sangat signifikan. Sehingga wajar Amerika Serikat juga mempunyai rasa takut terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya. Namun bangsa Amerika Serikat tidak mudah dicari kelemahannya. Mengingat bangsa Amerika Serikat salah satu bangsa terkuat diberbagai kawasan dibelahan bumi.

Bangsa Amerika Serikat telah menjadi negara adidaya yang sungguh menakjubkan dengan berbagai kekuatan yang dimilikinya, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, militer dan berbagai aspek lainnya. Sehingga menaklukkan bangsa Amerika Serikat tidak semudah membalikkan tangan, apalagi kekuatan militer bangsa Amerika Serikat telah terbukti diperang dunia kedua saat menjatuhkan bom atom di Hiroshima maupun di Nagasaki, dan mengakibatkan luluh lantak bangsa Jepang disaat terjadinya sebuah letusan bom atom tersebut.

Keberadaan Amerika Serikat yang semakin kuat dengan berbagai senjata canggih membuat bangsa dikawasan dunia merasa inferior saat berhadapan dengan bangsa super power, tetapi bangsa Amerika Serikat dengan segudang kekuatan yang dimilikinya, tentu bukan berarti tidak dapat ditaklukkan oleh kekuatan lain. Mengingat bangsa Amerika Serikat juga mempunyai kelemahan yang signifikan dalam diri bangsa tersebut.

Pandangan guru besar Ibn Khaldun tentang sebuah negara. Bahwa tidak ada sebuah bangsa yang abadi dialam semesta ini. Sehingga Amerika Serikat sebagai bangsa super power sekalipun, tentu mempunyai titik lemah dalam menghadapi berbagai gejolak sebuah pertarungan diberbagai wilayah kehidupan sebuah bangsa.

Ketakutan Amerika Serikat tak lepas dari sebuah gerakan Islam tradisional dikala menuntut sebuah perubahan diberbagai bidang. Mengingat Islam tradisional merupakan sebuah gagasan yang sudah teruji dalam melakukan berbagai pemikiran dalam membangun sebuah konsolidasi kekuatan secara utuh.

Islam tradisional merupakan sebuah gagasan penolakan ekspansi sepihak dari bangsa super power yang telah nyata merugikan kepentingan masyarakat secara luas. Sehingga Islam tradisional berusaha keras melawan segala bentuk monopoli sepihak yang dilancarkan bangsa Amerika Serikat dengan istilah kapitalisme global.

Pada saat Islam tradisional sudah meranah tidak hanya sebatas dari sebuah bentuk gagasan. Namun sudah masuk dalam ranah realita, tentu sangat membahayakan bagi bangsa Amerika Serikat, apabila gerakan pemikiran Islam tradisional sudah mengarah pada sebuah bentuk aksi, tentu dapat menghancurkan ekonomi bangsa Amerika Serikat dan merembet keberbagai bidang lainnya.

Nah! kalau bangsa Amerika Serikat telah mengalami kehancuran dari sendi ekonomi, pada saat masyarakat Islam tradisional menutup segala bentuk impor maupun ekspor, tentu membuat kekacauan dalam diri bangsa Amerika Serikat yang populer dengan sebutan sebuah negara super power.

Masyarakat Islam tradisional sebagai bangsa dengan memiliki berbagai sumber pangan maupun berbagai sumber lainnya, tentu sangat membahayakan dikala masyarakat Islam tradisional memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Amerika Serikat. Mengingat bangsa Amerika Serikat sangat menggantungkan diri dari masyarakat Islam tradisional sebagai pemilik kebutuhan pangan maupun kebutuhan lainnya.

Keberadaan masyarakat Islam tradisional sebagai masyarakat pribumi dengan segudang pangan yang dimilikinya, tentu sangat membahayakan bangsa Amerika Serikat disaat masyarakat Islam tradisional sudah tidak mau menjual limpahan sumber daya alam yang dimilikinya. Karena disaat masyarakat pribumi sudah tidak mau menjual barang pada Amerika Serikat, berarti bangsa Amerika Serikat mengalami kekacauan dari berbagai sumber kekuatan bangsa tersebut.

Melihat dari tulisan sederhana diatas. Bahwa ketakutan Amerika Serikat terhadap Islam tradisional bukan hisapan jempol belaka. Mengingat Islam tradisional merupakan sebuah bangunan masyarakat yang menentang sebuah monopoli sepihak dari bangsa Amerika Serikat dalam mengambil berbagai kebijakan.

Nah! kalau paradigma pemikiran Islam tradisional dalam menggagas tentang ekonomi pangan sudah mampu bergerak secara kaffah, tanpa melibatkan campur tangan Amerika Serikat, begitu juga dari berbagai masalah tentang kekayaan tambang sudah tidak mau diajak kompromi lagi. Mengingat bangsa Amerika Serikat hanya mengambil keuntungan secara sepihak, tentu membuat regresi yang sangat membahayakan bagi keberlangsungan bangsa Amerika Serikat sebagai negara adidaya diberbagai kawasan dibelahan bumi. Maka semua tinggal menunggu sebuah bentuk destruktif bagi bangsa Amerika Serikat dalam kancah politik Internasional.

Semoga Allah SWT memberi petunjuk kepada para pembaca tulisan sederhana ini, Amiin........

Membangun Islam Tradisional di Bumi Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Membangun Islam tradisional membutuhkan sebuah keberanian dalam mengambil sikap. Mengingat gagasan tentang ke-Islaman bertebaran dibumi nusantara melalui beragam aliran dan paradigma pemikiran, seperti gagasan Islam khilafah maupun Islam liberal yang juga ikut memberi warna di bumi nusantara. Sehingga Islam dengan berbagai macam gagasan masuk dalam tubuh masyarakat Islam, tetapi Islam tradisional sebagai ke-Islaman yang cocok dengan karakter masyarakat pribumi dalam memberi sebuah gagasan secara tepat.

Keberadaan Islam tradisional sebagai bentuk pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat bersinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisional merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk digali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Sedangkan Islam liberal maupun Islam khilafah cenderung mengarah pada pola pemikiran Kebarat-baratan dan ketimur-tengahan. Inilah perbedaan mendasar antara Islam tradisional dengan Islam liberal maupun Islam Khilafah dalam membangun karakter masyarakat pribumi nusantara.

Nusantara dengan keragaman yang dimiliki, baik masalah sosial, budaya, ekonomi, politik dan masih banyak lagi ditubuh nusantara, tentu semua membutuhkan pendekatan yang elegan dalam membangun masyarakat Islam secara kaffah, agar dapat bersinergi dengan baik antara gagasan dengan realita kehidupan ditengah-tengah masyarakat.

Dalam membangun Islam tradisional tak lepas dari sebuah strategi dengan pendekatan sosial maupun budaya, agar masyarakat di nusantara dapat menerima dengan baik keberadaan ajaran Islam, tentu semua dikemas dengan cerdas antara paradigma pemikiran dengan fakta dilapangan, agar tidak terjadi sebuah benturan yang keras. Namun dapat terjadi saling bersinergi antar kedua hal tersebut.

Islam tradisional merupakan sebuah gagasan dengan memberi sebuah paradigma pemikiran ke-Islaman yang lebih elegan dalam mencapai masyarakat secara kaffah, tentu dalam naungan ajaran Islam secara utuh ditengah-tengah keberagaman dalam kehidupan masyarakat.

Berbagai ajaran Islam berkembang pesat di bumi nusantara dengan segudang pemikiran maupun dalam bentuk penerjemahan tentang ke-Islaman, tetapi Islam tradisional mencoba memberi warna dengan mensinergikan antara budaya lokal dengan ajaran Islam, agar tidak terjadi sebuah benturan, tetapi kedua hal ini mampu mencapai dalam bentuk saling melengkapi antar satu dengan lainnya.

Membangun Islam tradisional dibumi nusantara membutuhkan sebuah daya dan upaya yang tepat, agar terjadi sebuah masyarakat yang penuh dengan kemaslahatan, dan mendapatkan rahmat dari sang maha pencipta segala, tentu semua membutuhkan sebuah gagasan yang tepat dalam meletakkan pondasi ke-Islaman, agar sesuai dengan ajaran suci ditengah-tengah budaya masyarakat setempat dalam membangun ajaran Islam dibumi nusantara.

Semoga Allah SWT memberi limpahan rahmat dan berkah kepada para pemkir Islam dalam membangun masyarakat tradisional di bumi nusantara, Amiin...........

Islam Tradisional Sebagai Obat Ekstrimisme


By: Khoirul Taqwim

Pergolakan ekstrimisme kiri dan ekstrimisme kanan semakin memanas, tidak hanya dalam pusaran ekonomi, tetapi sudah mewabah dalam pusaran sosial, budaya, agama dan masih banyak lagi. Sehingga ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat sudah mewabah bah virus yang siap mematikan di setiap saat. Berangkat dari sinilah di perlukan sebuah obat penyakit ekstrimisme dengan cara mencari jalan tengah yang tepat dalam memberikan sebuah gambaran tentang masalah ekstrimisme buta.

Ekstrimisme tumbuh berkembang dalam ranah pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan. Sehingga ekstrimisme terkadang tidak disadari bagi orang yang terkena penyakit ini. Sebab ekstrimisme begitu halus masuk dalam ranah jiwa maupun raga seseorang. Inilah ekstrimisme bah virus menyerang setiap insan manusia dalam memberikan sebuah gambaran secara sepihak, tetapi tidak melihat dari berbagai sisi secara utuh.

Keberadaan ekstrimisme sudah menjadi momok dalam kehidupan masyarakat. Sebab setiap saat penyakit ini dapat tumbuh berkembang secara sadar maupun tidak sadar. Karena itu dibutuhkan sebuah obat mujarab, agar penyakit ekstrimisme dapat di hilangkan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Obat ekstrimisme tidak lain dan tidak bukan, yaitu: dengan menggali berbagai khazanah Nusantara, agar mendapatkan sebuah pencerahan tidak dengan cara semu belaka, seperti obat dari bangsa barat dengan gagasan liberalisme maupun dalam bentuk gagasan yang lain.

Liberalisme merupakan salah satu penyakit ekstrimisme kebebasan dalam menerjemahkan sebuah realita kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah kajian yang cenderung pada pola pikir yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sebab ketika liberalisme ala barat di paksakan masuk dalam budaya dan adat istiadat masyarakat pribumi, tentu akan menyebabkan sebuah penyakit yang sangat kronis. Karena kebebasan yang di bangun masyarakat barat dengan masyarakat Nusantara sangat berbeda dalam ranah kehidupan yang serba multi real.

Penyakit ekstrimisme dalam paham liberal merupakan contoh kecil dari destruktif gagasan barat. Sebab selain liberalisme masih terdapat paham lain, seperti: Positivisme, Darwinisme, Marxisme, Nihilisme, Kapitalisme dan berbagai Isme-isme yang lain.

Liberalisme menjadi sebuah gerakan ekstrim di karenakan kebebasan yang di bangun cenderung memberikan sebuah makna hanya sebatas kebebasan ala mereka, padahal kebebasan dalam kehidupan masyarakat nusantara lebih arif dan bijaksana. Sebab kebebasan yang di bangun masyarakat Nusantara lebih mengarah kepada kebebasan dengan berpegang pada tenggang rasa sebagai falsafah kehidupan.

Sedangkan kebebasan yang dibangun liberalisme cenderung mengarah pada pembiaran budaya asing masuk dengan bebas, walaupun tidak sesuai dengan karakter dan watak masyarakat Nusantara. Berangkat dari sinilah bangunan liberalisme dalam membangun sebuah kebebasan hanya sebatas pemahaman individu dan kelompoknya belaka, tetapi tidak menyentuh bangunan kebebasan dalam ranah kehidupan masyarakat Nusantara secara utuh.

Keberadaan liberalisme merupakan sebuah penyakit ekstrimisme dengan wajah kebebasan ala barat dalam menggagas beragam kehidupan, padahal gagasan liberalisme ala barat sangat tidak sesuai dengan bangunan kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga liberalisme yang masuk dalam ranah masyarakat cenderung pada pola pikir ekstrimisme dengan memaksakan kehendak sebuah gagasan dengan berkedok kebebasan ala mereka.

Islam tradisional merupakan sebuah bentuk gagasan dalam membendung berbagai gerakan pola pikir maupun tindakan budaya asing yang masuk, tetapi yang di bendung Islam tradisional tidak lepas dari sebuah gagasan yang tidak sesuai dengan paradigma pemikiran dan tingkah laku masyarakat di bumi Nusantara. Sehingga keberadaan Islam tradisional merupakan obat dalam membendung berbagai virus ekstrimisme dalam bentuk pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan.

Gagasan Islam tradisional dalam menyikapi virus ekstrimisme kanan maupun kiri dengan cara mengambil sikap. Bahwa menggali khazanah Nusantara sebagai tolak ukur dalam memberikan sebuah penilaian tentang gagasan dari bangsa asing yang telah menyebabkan sebuah ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Mengobati ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat Nusantara, tentu di perlukan sebuah kajian dengan mengedepankan tepa selira dalam membangun pandangan masyarakat, agar terjadi sebuah sinergi antara teks dan konteks dalam Nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dan utuh antara kehidupan masyarakat dengan kepribadian dan karakter masyarakat dalam menjalankan sebuah bangunan ke-agamaan.

Liberalisme dalam membangun sebuah bentuk kebebasan dalam kehidupan masyarakat Nusantara cenderung sepihak. Sehingga menghasilkan sebuah ekstrimisme dalam cara pandang dan tindak-tanduk dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Islam tradisional dalam membangun sebuah kebebasan lebih mengangkat harkat martabat masyarakat Nusantara dengan jalan menggali dari falsafah tepa selira sebagai bentuk kebebasan, bukan kebebasan dari bangsa barat di bawa kebumi Nusantara. Berangkat dari sinilah kebebasan yang di bangun Islam tradisional cenderung mengarah pada paradigma yang sehat dalam kehidupan masyarakat secara kaffah, dan dapat menjadi sebuah obat di berbagai bentuk ekstrimisme kiri maupun kanan. Semoga Allah memberikan anugerah nikmat kepada kami di dunia maupun dalam kehidupan yang akan datang, Amiin......

Pergolakan Islam di Kawasan Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Kawasan Nusantara merupakan daerah dengan kekayaan berbagai sumber daya alam yang berlimpah. Bahkan kekayaan Nusantara menjadi rebutan dari berbagai negara asing, baik dari bangsa eropa maupun bangsa lainnya, tentu dengan tujuan mengeksplotasi secara Besar-besaran harta yang terpendam di dataran Nusantara. Sehingga tak heran bangsa Nusantara Berabad-abad telah di dominasi ekspansi bangsa eropa.

Sebelum kemerdekaan bangsa di kawasan Nusantara, terdapat agama besar Islam sebagai bagian terbesar dari sebuah bangunan keyakinan. Sehingga tak heran Islam menjadi ladang rebutan berbagai idiologi masuk dalam ranah ke-Islaman, agar gagasan tentang idiologi ke-Islaman dapat di terima dalam jiwa masyarakat Nusantara.

Perjalanan Islam sebelum kemerdekaan ada istilah Islam tradisional dan Islam Modern. Kedua idiologi ke-Islaman ini akan menjadi sebuah cikal bakal kemajuan dan kemunduran Islam di Nusantara. Sebab dalam kelanjutan kedua corak pandang ini mengalami sebuah perbedaan dalam dunia ke-Islaman. Karena pemahaman Islam tradisional di zaman dahulu merupakan sebuah pengejawantahan antara budaya setempat dengan Nilai-nilai ke-Islaman.

Sedangkan Islam modern cenderung mengarah pada pemurnian Islam dalam menjalankan sebuah aktivitas ke-agamaan. Sehingga sering sekali Islam modern berbenturan dengan budaya setempat dalam menggagas ke-Islaman, padahal dalam ajaran Islam antara budaya dan Nilai-nilai ke-Islaman harus sejalan, tentu tanpa menanggalkan teks maupun konteks. Sebab agama Islam merupakan ajaran wahyu sebagai pedoman masyarakat Islam. Sedangkan budaya merupakan sebuah kehidupan real masyarakat. Karena kedua hal ini sudah semestinya dapat sejalan dalam membangun dunia ke-Islaman di nusantara.

Sejak kemerdekaan bangsa nusantara, terdapat pergolakan Idiologi ke-Islaman yang semakin memanas. Karena di sebabkan beragam aliran masuk dalam wilayah nusantara dan puncaknya pada pasca reformasi di Indonesia yang telah menghasilkan sebuah Idiologi Islam terpecah dalam tiga perseteruan antar Idiologi ke-Islaman. Lalu muncul sebuah pertanyaan, Idiologi Islam apa yang berkembang di Nusantara saat ini?...........

Pertama: Islam liberal merupakan ke-Islaman dengan wajah bangsa Barat dalam menggagas ke-Islaman dan cenderung mengandalkan konteks dalam menganalisa sebuah peristiwa yang menyangkut agama Islam di banding aspek tekstual. Sehingga wajah Islam liberal cenderung mengarah para gagasan ke-Islaman ala barat dalam menganalisa tentang ajaran Islam.

Kedua: Islam Khilafah merupakan sebuah idiologi ke-Islaman yang menggagas tentang berbagai aspek kehidupan dengan sudut pandang tekstual. Sehingga model Islam Khilafah cenderung di pengaruhi bangsa Timur Tengah dalam menerjemahkan tentang kehidupan ke-Islaman.

Ketiga: Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Dari gambaran di atas tentang Idiologi besar ke-Islaman di Nusantara dapat menjadi sebuah gambaran. Bahwa pergolakan Islam pra kemerdekaan bangsa Nusantara telah mengalami berbagai gejolak yang sangat keras dalam kehidupan masyarakat, begitu pula pasca kemerdekaan bangsa Nusantara, ternyata Idiologi ke-Islaman terpecah dalam wilayah ke-agamaan yang lebih rumit lagi.

Pra kemerdekaan bangsa Nusantara ada dua idiologi yang saling berseberangan di kawasan Asia Tenggara, kedua Idiologi ini di kenal dengan Istilah Islam Modern dan Islam Tradisional, tetapi pasca kemerdekaan berlangsung secara terus menerus dalam perkembangan dunia ke-Islaman, ternyata telah memunculkan tiga pergolakan Idiologi ke-Islaman dengan istilah Islam tradisional, Islam Liberal dan Islam Khilafah. Ketiga kelompok ini tidak jarang bersitegang dalam mengambil simpatik masyarakat di kawasan Nusantara.

Pergolakan ke-Islaman di Nusantara pada era sekarang memang dimotori tiga wajah bangsa besar yaitu: Islam liberal cenderung mengadopsi dari bangsa barat. Islam Khilafah cenderung mengadopsi dalam ranah ke-Islaman bangsa timur tengah. Dan terakhir Islam tradisional menggali dari bangsa pribumi dalam membangun sebuah bangunan ke-Islaman di kawasan Nusantara. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kami di jalan kebenaran, Amiin...........

Islam Tradisional Sebagai Obat Ekstrimisme


By: Khoirul Taqwim

Pergolakan ekstrimisme kiri dan ekstrimisme kanan semakin memanas, tidak hanya dalam pusaran ekonomi, tetapi sudah mewabah dalam pusaran sosial, budaya, agama dan masih banyak lagi. Sehingga ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat sudah mewabah bah virus yang siap mematikan di setiap saat. Berangkat dari sinilah di perlukan sebuah obat penyakit ekstrimisme dengan cara mencari jalan tengah yang tepat dalam memberikan sebuah gambaran tentang masalah ekstrimisme buta.

Ekstrimisme tumbuh berkembang dalam ranah pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan. Sehingga ekstrimisme terkadang tidak disadari bagi orang yang terkena penyakit ini. Sebab ekstrimisme begitu halus masuk dalam ranah jiwa maupun raga seseorang. Inilah ekstrimisme bah virus menyerang setiap insan manusia dalam memberikan sebuah gambaran secara sepihak, tetapi tidak melihat dari berbagai sisi secara utuh.

Keberadaan ekstrimisme sudah menjadi momok dalam kehidupan masyarakat. Sebab setiap saat penyakit ini dapat tumbuh berkembang secara sadar maupun tidak sadar. Karena itu dibutuhkan sebuah obat mujarab, agar penyakit ekstrimisme dapat di hilangkan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Obat ekstrimisme tidak lain dan tidak bukan, yaitu: dengan menggali berbagai khazanah Nusantara, agar mendapatkan sebuah pencerahan tidak dengan cara semu belaka, seperti obat dari bangsa barat dengan gagasan liberalisme maupun dalam bentuk gagasan yang lain.

Liberalisme merupakan salah satu penyakit ekstrimisme kebebasan dalam menerjemahkan sebuah realita kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah kajian yang cenderung pada pola pikir yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sebab ketika liberalisme ala barat di paksakan masuk dalam budaya dan adat istiadat masyarakat pribumi, tentu akan menyebabkan sebuah penyakit yang sangat kronis. Karena kebebasan yang di bangun masyarakat barat dengan masyarakat Nusantara sangat berbeda dalam ranah kehidupan yang serba multi real.

Penyakit ekstrimisme dalam paham liberal merupakan contoh kecil dari destruktif gagasan barat. Sebab selain liberalisme masih terdapat paham lain, seperti: Positivisme, Darwinisme, Marxisme, Nihilisme, Kapitalisme dan berbagai Isme-isme yang lain.

Liberalisme menjadi sebuah gerakan ekstrim di karenakan kebebasan yang di bangun cenderung memberikan sebuah makna hanya sebatas kebebasan ala mereka, padahal kebebasan dalam kehidupan masyarakat nusantara lebih arif dan bijaksana. Sebab kebebasan yang di bangun masyarakat Nusantara lebih mengarah kepada kebebasan dengan berpegang pada tenggang rasa sebagai falsafah kehidupan.

Sedangkan kebebasan yang dibangun liberalisme cenderung mengarah pada pembiaran budaya asing masuk dengan bebas, walaupun tidak sesuai dengan karakter dan watak masyarakat Nusantara. Berangkat dari sinilah bangunan liberalisme dalam membangun sebuah kebebasan hanya sebatas pemahaman individu dan kelompoknya belaka, tetapi tidak menyentuh bangunan kebebasan dalam ranah kehidupan masyarakat Nusantara secara utuh.

Keberadaan liberalisme merupakan sebuah penyakit ekstrimisme dengan wajah kebebasan ala barat dalam menggagas beragam kehidupan, padahal gagasan liberalisme ala barat sangat tidak sesuai dengan bangunan kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga liberalisme yang masuk dalam ranah masyarakat cenderung pada pola pikir ekstrimisme dengan memaksakan kehendak sebuah gagasan dengan berkedok kebebasan ala mereka.

Islam tradisional merupakan sebuah bentuk gagasan dalam membendung berbagai gerakan pola pikir maupun tindakan budaya asing yang masuk, tetapi yang di bendung Islam tradisional tidak lepas dari sebuah gagasan yang tidak sesuai dengan paradigma pemikiran dan tingkah laku masyarakat di bumi Nusantara. Sehingga keberadaan Islam tradisional merupakan obat dalam membendung berbagai virus ekstrimisme dalam bentuk pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan.

Gagasan Islam tradisional dalam menyikapi virus ekstrimisme kanan maupun kiri dengan cara mengambil sikap. Bahwa menggali khazanah Nusantara sebagai tolak ukur dalam memberikan sebuah penilaian tentang gagasan dari bangsa asing yang telah menyebabkan sebuah ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Mengobati ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat Nusantara, tentu di perlukan sebuah kajian dengan mengedepankan tepa selira dalam membangun pandangan masyarakat, agar terjadi sebuah sinergi antara teks dan konteks dalam Nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dan utuh antara kehidupan masyarakat dengan kepribadian dan karakter masyarakat dalam menjalankan sebuah bangunan ke-agamaan.

Liberalisme dalam membangun sebuah bentuk kebebasan dalam kehidupan masyarakat Nusantara cenderung sepihak. Sehingga menghasilkan sebuah ekstrimisme dalam cara pandang dan tindak-tanduk dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Islam tradisional dalam membangun sebuah kebebasan lebih mengangkat harkat martabat masyarakat Nusantara dengan jalan menggali dari falsafah tepa selira sebagai bentuk kebebasan, bukan kebebasan dari bangsa barat di bawa kebumi Nusantara. Berangkat dari sinilah kebebasan yang di bangun Islam tradisional cenderung mengarah pada paradigma yang sehat dalam kehidupan masyarakat secara kaffah, dan dapat menjadi sebuah obat di berbagai bentuk ekstrimisme kiri maupun kanan. Semoga Allah memberikan anugerah nikmat kepada kami di dunia maupun dalam kehidupan yang akan datang, Amiin......

Islam Liberal Terjebak Dalam Makna Kebebasan


By: Khoirul Taqwim

Kebebasan salah satu nilai sebuah bentuk ekspresi dan inovasi dalam melakukan sebuah tafsir tentang polemik kehidupan. Bahkan kebebasan sudah masuk dalam ranah tafsir agama dengan sebutan Islam liberal dalam menafsirkan antara teks dan konteks, tetapi paradigma Islam liberal cenderung mengarah kepada budaya barat dalam menciptakan sebuah rumusan, padahal budaya liberal barat sering terdapat sebuah pertentangan dengan makna agama Islam.

Kelompok Islam liberal tak jarang mengatasnamakan kebebasan di saat mendapatkan sebuah serangan argumen dari pihak selain kelompoknya, padahal kalau mengakui sebuah kebebasan dalam makna sebuah bahasa secara tepat, berarti sudah siap dengan sebuah peta yang begitu kompleks dalam menanggapi sebuah realita kehidupan. Berangkat dari sinilah kebebasan telah terjebak pada gambaran individu dan kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Islam liberal dalam wadah menggagas masalah ke-Islaman.

Ketika berbicara kebebasan kita di hadapkan dengan beragam persoalan. Sebab tidak semua gagasan kebebasan positif dalam menerjemahkan sebuah realita. Bahkan kebebasan malah dapat merusak Sendi-sendi kehidupan. Karena batasan kebebasan nampak abstrak dalam pemahaman secara teks maupun konteks.

Keberadaan makna kebebasan telah di jadikan dalil Islam liberal sebagai alat dalam melindungi maupun menyerang kelompok lain. Bahkan ironis kebebasan telah di kebiri sebagai alat dalam membangun sebuah argumen, untuk menciptakan sebuah gagasan yang berpihak pada paradigma dalam dirinya, padahal kalau berbicara makna kebebasan sejati, tentu kebebasan merupakan sebuah bentuk paradigma dalam diri atas kondisi realita secara bebas, baik secara individu maupun kolektif dalam kehidupan.

Makna kebebasan sebagai bentuk pengejawantahan antara kehidupan individu dan sosial dalam menerjemahkan sebuah kehidupan. Namun dalam realita kebebasan yang di gagas Islam liberal cenderung pada kebebasan makna dalam individu, paling banter hanya sebatas kebebasan kelompok dalam Islam liberal itu sendiri atau yang sejalan dengan konsep Islam liberal. Sehingga kebebasan yang di gagas Islam liberal cenderung parsial dalam memberikan suatu penilaian tentang sebuah makna.

Islam liberal sering menyuarakan tentang kebebasan berpendapat, tetapi kebebasan berpendapat hanya sebatas kepentingan kelompok dan individu sendiri, namun sering menegasikan aspek paradigma dari kelompok lain. Sebab dalam paradigma Islam liberal cenderung penegasan yang berkiblat pada budaya barat, yaitu: sebuah kebebasan dalam makna dari bangsa barat, tetapi bukan makna kebebasan secara universal.

Lebih ironis lagi, ternyata Islam liberal dalam memberikan sebuah makna kebebasan sering terjebak pada paradigma dalam diri sendiri, padahal kalau memang Islam liberal menghormati sebuah kebebasan secara utuh, sudah semestinya Islam liberal mampu menghormati berbagai pendapat yang datang maupun pergi dari pihak yang berseberangan.

Masalah kaum Lesbi dan Gay yang di kampanyekan oleh Irshad Manji dapat dijadikan sebagai contoh kecil. Bahwa paradigma Islam liberal sering mengutarakan istilah saling menghargai, seperti menghargai pendapat Irshad Manji dalam kampanye kebebasan atas nama Lesbi dan Gay, tetapi di saat mendapatkan tentangan dari masyarakat Islam di Yogyakarta, ternyata kelompok Islam liberal tidak mampu menghargai sebuah perbedaan pendapat. Bahkan mengatakan kelompok yang menentang diskusi Irshad Manji merupakan kelompok yang tidak mampu menghargai sebuah perbedaan pendapat, padahal kalau di cermati secara tepat pendapat dari para penolak kampanye Irshad Manji, tentu itu termasuk salah satu sebuah bentuk kebebasan. Berangkat dari sinilah liberal telah terbukti tidak mampu memberikan sebuah pemahaman tentang sebuah makna kebebasan berpendapat secara utuh.

Islam liberal selalu menggunakan bahasa kebebasan sebagai dalil ampuh dalam melawan setiap pertarungan dengan kelompok tertentu, apalagi saat menghadapi para kelompok yang berseberangan dengan paham Islam liberal, berarti dari sinilah Islam liberal memberikan makna kebebasan begitu sempit. Sebab kalau berbicara kebebasan secara utuh, bahwa kebebasan merupakan sebuah bentuk ekspresi antara pro dan kontra sebagai bentuk kebebasan dalam berpendapat. Berangkat dari sinilah Islam liberal tidak layak menghakimi kelompok yang tidak sependapat dengan gagasan mereka dengan label Islam miring dalam memberikan gambaran kelompok yang bertentangan.

Keberadaan Islam liberal sering menggaungkan sebuah istilah keberanian dalam mengutarakan pendapat, tetapi kalau pendapat yang berseberangan dengan gagasan kelompok Islam liberal di katakan sebuah kedangkalan berpikir dalam menelaah tentang ke-Islaman, berarti keberanian Islam liberal terjebak pada logika pembenaran diri.

Islam liberal merupakan wajah baru dari budaya barat dalam memberikan sebuah syok terapi terhadap masyarakat Islam, agar masyarakat Islam dapat menerima gagasan dari bangsa barat, padahal bangsa barat sendiri tidak mau menerima paradigma dari masyarakat yang bertentangan dengan budaya mereka sendiri.

Kebebasan menjadi dalil Islam liberal sebagai alat pembenaran diri dalam melakukan sebuah serangkaian dalam membangun sebuah argumen. Namun di saat ada kelompok yang berseberangan dengan gagasan paradigma selain dari gagasan Islam liberal, ternyata di anggap tidak menghargai sebuah kebebasan, tentu itu menyalahi makna kebebasan secara kaffah.

Berangkat dari tulisan di atas, berarti Islam liberal terjebak pada istilah kebebasan dalam memberikan sebuah makna secara parsial. Sebab Islam liberal dalam memberikan makna kebebasan hanya sebatas dari cara pandang kebebasan atas paradigma diri dan kelompoknya. Namun di saat menerima penolakan gagasan dari kelompok atau individu lain, ternyata Islam liberal menganggap kelompok yang berseberangan itu tidak menghargai sebuah kebebasan, padahal kalau secara jernih memberikan sebuah makna tentang kebebasan, baik dalam bentuk penolakan atau menerima sebuah gagasan, tentu semua itu sebuah bentuk bagian dari dalil kebebasan itu sendiri. Dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-NYA. Dia maha kuat dan maha perkasa. Maka aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.

Mensinergikan Teks Dan Konteks Dalam Islam


By: Khoirul Taqwim

Benturan teks dan konteks terkadang terjadi di sebabkan salah dalam menerjemahkan atau salah dalam pemahaman sebuah teks dengan konteks secara tepat. Sehingga mengakibatkan sebuah ketidaksamaan dalam pemahaman secara benar, berangkat dari sinilah di butuhkan sebuah ta'wil secara tepat dalam memahami antara teks dan konteks.

Islam merupakan agama wahyu sebagai pedoman manusia, tetapi dalam perjalanan Islam terdapat berbagai halangan dari kaum yang tidak menyukai atas kehadiran Islam. Namun apapun itu Islam sampai hari ini tetap berdiri tegak dan kokoh di bumi Allah. Inilah anugerah terbesar bagi umat Islam saat melihat bangunan Islam begitu besar dalam realita kehidupan.

Perjalanan umat Islam di lihat dari sebuah sejarah besar, ternyata telah mengalami berbagai perbedaan pemahaman sejak di masa sahabat nabi. Sehingga kita mengenal dengan istlah Khawarij, Murji'ah, dan Syi'ah. Ketiga kelompok inilah sebagai cikal bakal sebuah perbedaan umat Islam yang lebih luas lagi dalam pemahaman tentang ajaran Islam.

Memang perbedaan merupakan sebuah rahmat agung, apabila umat Islam mampu menghargai sebuah perbedaan dengan dewasa dan tanggung jawab di setiap menghadapi sebuah perbedaan. Namun kalau sebuah perbedaan di anggap destruktif, tentu akan menghasilkan sebuah kekacauan di segala aspek kehidupan, sekaligus mengakibatkan kehancuran dalam tubuh umat Islam itu sendiri.

Perbedaan umat Islam di sebabkan sebuah multi ta'wil antara teks dan konteks tidak sejalan dengan kelompok lain. Dari sinilah umat Islam mengalami sebuah perbedaan dalam tatanan hukum maupun dalam bentuk tatanan yang lain.

Islam mengajarkan tentang sebuah kebenaran harus di tegakkan dalam kondisi apapun. Namun dalam ranah realita kehidupan, ternyata dalam tatanan masyarakat telah mengalami destruktif akhlak di sebabkan kecenderungan masyarakat mengejar profan dan meninggalkan kehidupan sakral.

Melihat perbedaan pandangan umat Islam dalam memahami tentang ajaran Islam, ternyata di sebabkan antara teks dan konteks dalam pemahaman tidak sejalan. Sehingga dapat di tebak kerancuan paradigma berpikir mengalami sebuah perbedaan yang mencolok dan menghasilkan sebuah kerancuan tatanan dalam realita kehidupan.

Multi ta'wil dalam kehidupan umat Islam merupakan sebuah rahmat yang agung, kalau antara teks dan konteks dapat di sinergikan dengan cerdas dalam mengambil sebuah kesimpulan, untuk di jadikan sumber dari segala sumber. Namun kalau multi tafsir terdapat sebuah semangat sekte buta dalam melakukan sebuah kajian tentang Nilai-nilai ke-Islaman, tanpa melihat sebuah kebenaran haqiqi. Maka sudah dapat di tebak proses dalam penafsiran tentang teks akan mengalami sebuah istilah liberal dalam menghasilkan sebuah tatanan hukum.

Kalau istilah ta'wil liberal sudah menyusup dalam dunia Islam. Maka akan terjadi sebuah dilema besar bagi tatanan lehidupan msayarakat dan tidak dapat di pungkiri kerusakan dalam ta'wil teks maupun konteks akan terjadi sebuah kerancuan dalam tatanan hukum maupun dalam tatanan lain.

Berangkat dari tulisan di atas di butuhkan sebuah terobosan yang cerdas dalam mensinergikan antara teks dan konteks dalam menghasilkan sebuah bangunan Islam, agar umat Islam mendapatkan sebuah ta'wil antara teks dan konteks dan saling melengkapi sebuah kehidupan profan dengan kehidupan sakral.

Mensinergikan teks dan konteks dalam tubuh Islam merupakan sebuah jalan pencapaian keseimbangan dalam menatap masa depan. Sehingga Islam dapat di rasakan sebuah keharmonisan kehidupan dalam tatanan keindahan dan menghasilkan sebuah bentuk bangunan secara kaffah.

Semoga Allah memberi jalan petunjuk kepada kebenaran dengan anugerah dan kemuliaan-NYA, Amiin............

Menguak "Perang Sekte" Islam


By: Khoirul Taqwim

Ketika melihat darah mengalir dalam memperjuangkan keyakinan terasa indah dalam sebuah bentuk mempertahankan gagasan yang menjadi pegangan hidup, tetapi kalau keyakinan harus menimbulkan korban jiwa, tentu membuat sebuah keprihatinan atas tragedi kemanusiaan.

Setiap agama tak lepas dari sebuah bentuk perang sekte, baik melalui perang damai maupun perang melalui jalur kekerasan. Sungguh memperihatinkan, apabila perang sekte tidak dapat ditempuh dengan jalur musyawarah, untuk mencari sebuah mufakat secara bersama. Karena kalau perang sekte tidak dapat dilalui melalui jalur musyawarah, tentu yang terjadi perang senjata tak dapat dipungkiri ditengah-tengah saling ngotot dalam mempertahankan sebuah keyakinan.

Perbedaan adalah rahmat, baik perbedaan keyakinan maupun perbedaan sekte, tetapi kalau perbedaan keyakinan maupun sekte tak dapat dicari titik terang dalam mengambil sebuah mufakat bersama, untuk menjalin saling menghargai antar satu sama lainnya. Maka berangkat dari sinilah perang sekte dengan menempuh jalur kekerasan tak dapat dihindarkan ditengah-tengah realita kehidupan.

Ironis!, kata kunci menanggapi perang sekte didalam tubuh keyakinan dalam beragama, apabila mengedepankan kekerasan dalam mengambil sebuah sikap maupun keputusan, tentu yang terjadi bentrok antar sekte tak dapat dihindarkan, bahkan harta dan nyawa menjadi pertaruhan dalam perang sekte.

Sejarah mencatat perang sekte dalam tubuh Islam pernah terjadi saat pertarungan tiga sekte dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan. Sehingga yang terjadi tarik ulur dan ingin memenangkan dalam pertarungan keyakinan yang memakan banyak korban, baik nyawa maupun harta tak dapat terhindarkan ditengah-tengah perang sekte.

Perang sekte dalam tubuh agama Islam pernah terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, dengan tiga sekte besar yang ikut andil perang antar sekte, yaitu: Syi'ah, Khawarij, Murji'ah. Sehingga dengan tiga sekte besar tersebut, telah menimbulkan terjadinya sebuah musibah perang antar sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, bahkan membuat dunia ke-Islaman terjebak dalam perang saudara dalam mempertahankan sebuah keyakinan sekte yang dianggap benar didada penganutnya.

Memang perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib merupakan cikal bakal lebih banyak lagi tumbuh-kembangnya berbagai sekte ke-Islaman, untuk mengajarkan sebuah keyakinan didada para penganutnya dalam mempertahankan sebuah ideologi keyakinan.

Dari perang sekte pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dapat diambil hikmah besar, bahwa perang dengan jalan kekerasan bukanlah jalan yang arif dan bijaksana dalam mengambil sebuah sikap menghadapi sebuah perbedaan, tetapi jalur musyawarah harus dikedepankan, untuk mencari titik terang dalam menghadapi segala perbedaan. 

Konflik antar sekte sudah semestinya diambil dengan jalan musyawarah, tetapi kalau jalan musyawarah mengalami stagnasi. Maka tidak dapat dipungkiri jalan kekerasan dalam menghadapi perbedaan keyakinan didalam tubuh berbagai sekte tidak dapat dihindarkan. Sehingga yang terjadi pertumpahan darah atas nama keyakinan sekte akan terulang dari masa-kemasa, bahkan sampai masa sekarang perang sekte dalam tubuh Islam akan terus terjadi ditengah-tengah realita kehidupan, kalau dalam menghadapi perbedaan sekte diselesaikan dengan jalur kekerasan.

Menghadapi perbedaan didalam tubuh berbagai sekte keagamaan, sudah seharusnya mengedepankan musyawarah, untuk mencapai kata mufakat, bukan dengan jalan kekerasan dalam mengambil sebuah keputusan, agar tumpah darah dapat terhindarkan seminimal mungkin.

Slogan perbedaan adalah rahmat, apabila kita mampu berpegang teguh pada falsafah "tepa selira", tetapi kalau kita hanya mengandalkan kebebasan semu belaka dalam berpendapat. Maka perbedaan tidak lagi menjadi rahmat, namun perbedaan menjadi sebuah azab yang sangat miris dalam realita kehidupan masyarakat pada umumnya.

Semoga Allah SWT menjadikan perbedaan keyakinan antar umat manusia menjadi indah dan berkah ditengah-tengah realita kehidupan masyarakat, Amiin.....

Kekuasaan dan Agama


By: Khoirul Taqwim

Kekuasaan sudah menjadi wajah dunia baru dalam mengeja sebuah perjalanan tentang kehidupan, walau terkadang sebuah kekuasaan tak sesuai dengan harapan, tetapi tak sedikit manusia mengejar kekuasaan sebagai jalan menuju tentang sebuah makna kepastian hidup.

Eksistensi sebuah kekuasaan sudah melebur dalam setiap dada nafsu angkara murka disaat seseorang mencari jalan kemenangan. Bahkan tak memperdulikan tentang sebuah Nilai-nilai agama terus mereka terjang, tentu dengan tujuan atas nama kekuasaan yang menjadi sebuah akhir perjuangan.

Manusia tak jarang mempunyai hasrat terpendam dalam mencari sebuah kekuasaan. Sehingga terkadang atas nama kekuasaan yang telah menghinggapi dalam watak manusia, mereka tak memperdulikan saudara seiman atau bukan, untuk terus mereka terjang dengan tujuan memuluskan sebuah jalan menuju singgasana kekuasaan.

Memang kekuasaan sudah menjadi raja kehidupan dalam benak seseorang yang tenggelam akan haus hasrat berkuasa. Sehingga seorang insan manusia sebagian ada yang mempunyai hasrat berkuasa begitu keras, untuk mendapatkan sebuah singgasana kekuasaan. Karena kekuasaan sudah menjadi hasrat paling indah dalam benak insan yang terlena atas nama kenikmatan sesaat.

Kekuasaan dialam semesta sudah tidak menjadi barang baru dalam kehidupan bagi hasrat nafsu manusia, untuk mencapai kekuasaan sejati. Sehingga untuk mendapatkan kekuasaan dengan segala cara akan ditempuh, walau berat dan begitu besar halangan dalam mencapai sebuah singgasana kekuasaan.

Manusia dalam menggapai kekuasaan sudah semestinya tidak melalaikan sebuah Nilai-nilai agama. Karena agama sudah mengajarkan tentang suri tauladan dalam menjalankan sebuah pekerjaan dengan amanah dan jujur disetiap detak perjalanan hidup, agar manusia terarah dalam menggapai sebuah kekuasaan secara tepat dalam melakukan sebuah kinerja tentang tata cara kehidupan.

Melalaikan agama dalam menjalankan sebuah roda kekuasaan, tentu sebuah realita yang harus dihindarkan, apabila menginginkan sebuah kebenaran secara haqiqi dalam hidup, untuk mencapai kemaslahatan secara universal dalam perjalanan hidup manusia.

Kekuasaan merupakan sebuah amanah besar yang harus diemban bagi para pemegang tampuk roda pemerintahan, agar dalam menggapai sebuah kebijakan dapat menemukan titik kebenaran.

Nah! berangkat dari sinilah sudah seharusnya para pemegang kekuasaan memberikan sebuah amanah tentang keadilan dan kesejahteraan dalam memberikan sebuah pembelajaran tentang makna kekuasaan sejati dalam naungan sang maha pencipta segala.

Penguasa melalaikan ajaran agama, berarti sebuah kekuasaan dengan nilai semu belaka. Karena yang ada hanya sebatas mencari pembenaran diri, tanpa melihat kebenaran sesungguhnya dalam kehidupan.

Belajar agama dengan cara mengamalkan ditengah-tengah masyarakat secara luas, untuk mencapai sebuah jalan kehidupan secara damai dan sesuai dengan Nilai-nilai ajaran agama secara tepat.

Berangkat dari tulisan diatas sudah semestinya, agama diletakkan dalam dada setiap para insan yang memegang tampuk kekuasaan, agar dapat mencapai kemaslahatan secara utuh ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Dan semoga Allah SWT memberi sebuah jalan terbaik buat kita semua, Amiin.........