Thursday, 31 May 2012

Indonesia Dalam Tiga Wajah ke-Islaman


Indonesia telah dijadikan alat pertarungan berbagai aliran masuk dengan segenap teori maupun sebuah praktisi, tentu dengan tujuan memasukkan sebuah gagasan ke-Islaman dengan berbagai sumber dalam menelaah tentang realita kehidupan.

Masyarakat Islam Indonesia dengan segenap multi real kehidupan telah dijadikan sebuah kajian tentang ke-Islaman. Sehingga kajian tersebut, ternyata telah mempengaruhi corak pandang masyarakat Islam dalam membangun berbagai aktivitas tentang dunia ke-Islaman.

Keberadaan Islam di negara Indonesia telah dipengaruhi tiga wajah bangsa dalam meletakkan pondasi budaya maupun dalam segala tingkah laku dan pola pikir. Sebab bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa dengan penduduk terbesar yang beragama Islam. Sehingga wajar ke-Islaman dalam bentuk berbagai wajah tumbuh subur di negeri Indonesia.

Ketiga wajah ke-Islaman di Indonesia tertuang dalam gagasan dan tata cara dalam menelaah tentang ajaran Islam. Sehingga sumber ke-Islaman di Indonesia begitu kompleks dalam berbagai kajian tentang kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat secara universal.

Indonesia dalam tiga wajah ke-Islaman dapat di lihat dibawah ini:

Pertama: Islam liberal merupakan ke-Islaman dengan wajah bangsa Barat dalam menggagas ke-Islaman dan cenderung mengandalkan konteks dalam menganalisa sebuah peristiwa yang menyangkut agama Islam di banding aspek tekstual. Sehingga wajah Islam liberal cenderung mengarah para gagasan ke-Islaman ala barat dalam menganalisa tentang ajaran Islam.

Kedua: Islam Khilafah merupakan sebuah idiologi ke-Islaman yang menggagas tentang berbagai aspek kehidupan dengan sudut pandang tekstual. Sehingga model Islam Khilafah cenderung di pengaruhi bangsa Timur Tengah dalam menerjemahkan tentang kehidupan ke-Islaman.

Ketiga: Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Berangkat dari gambaran di atas tentang wajah ke-Islaman di Indonesia, ternyata di pengaruhi tiga wajah bangsa besar, yaitu: Bangsa Barat, Bangsa Timur Tengah dan Bangsa Pribumi atau kita kenal dengan istilah Bangsa Nusantara. Sehingga ketiga wajah ini terus menghiasi dalam corak pandang dalam membangun sebuah karakter dan kepribadian masyarakat Islam di Indonesia.

Semoga Allah menjadikan kami sebagai hamba yang selalu menjalankan perintah-NYA, dan menjauhi segala larangan-NYA, Amiin.............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Subhanallah, Inilah Jejaring Sosial Indonesia Versi 2012


Bangsa Indonesia merupakan negara makmur yang terletak dikawasan Asia Tenggara. Bahkan bangsa Indonesia salah satu negara primadona dunia dengan berbagai wisata yang tersebar di Nusantara. Sungguh ini merupakan sebuah anugerah terindah buat seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke.

Seiring kemajuan zaman diera 2012. Bangsa Indonesia terus berbenah diri di segala aspek kehidupan, baik masalah sosial, budaya, ekonomi, tehnologi dan masih banyak lagi persoalan yang terus di benahi di negeri Indonesia, agar kedepan bangsa Indonesia mampu berbicara ditingkat regional maupun Internasional dalam mengemban sebuah amanah kemajuan zaman.

Keberadaan bangsa Indonesia di tahun 2012 merupakan sebuah era tumbuh berkembang dalam segala bidang. Sehingga di tahun 2012 bangsa Indonesia melakukan berbagai strategi dalam membangun diberbagai bidang, khususnya masalah jejaring sosial sebagai alat komunikasi dan informasi. Mengingat komunikasi dan informasi salah satu alat yang sangat urgen bagi masyarakat secara menyeluruh, agar mempermudah dalam menjalin hubungan sesama teman maupun sesama kerabat, tentu dengan tujuan mencapai kemaslahatan secara universal.

Jejaring sosial Indonesia versi 2012 berusaha menjawab kemajuan zaman yang kian hari mulai pelik. Berangkat dari sinilah masyarakat sangat membutuhkan sebuah informasi dan komunikasi yang serba cepat dalam melihat realita yang kian mulai kencang dalam melakukan berbagai kajian tentang kehidupan masyarakat.

Jejaring sosial kiber salah satu jejaring Indonesia versi 2012 yang berusaha membangun sebuah komunikasi dan informasi dengan cepat dan tepat, agar masyarakat dapat secepat mungkin mengakses berbagai komunikasi dan informasi yang unik maupun dalam bentuk yang lain. Bahkan masyarakat dapat memberikan sebuah kabar disaat ada kabar yang nampak layak sebagai bahan informasi buat khalayak umum.

Maka kami mengucapkan dari hati yang paling dalam, selamat mencoba jejaring sosial kiber dengan alamat www.kitaberbagi.com. Dan semoga jejaring sosial Indonesia versi 2012 dengan sebutan jejaring sosial kiber, semakin bagus dan cerdas sebagai wadah komunikasi dan informasi buat sahabat dimanapun berada, Amiin..........

Tuesday, 29 May 2012

Islam Tradisional Sebagai Obat Ekstrimisme



Pergolakan ekstrimisme kiri dan ekstrimisme kanan semakin memanas, tidak hanya dalam pusaran ekonomi, tetapi sudah mewabah dalam pusaran sosial, budaya, agama dan masih banyak lagi. Sehingga ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat sudah mewabah bah virus yang siap mematikan di setiap saat. Berangkat dari sinilah di perlukan sebuah obat penyakit ekstrimisme dengan cara mencari jalan tengah yang tepat dalam memberikan sebuah gambaran tentang masalah ekstrimisme buta.

Ekstrimisme tumbuh berkembang dalam ranah pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan. Sehingga ekstrimisme terkadang tidak disadari bagi orang yang terkena penyakit ini. Sebab ekstrimisme begitu halus masuk dalam ranah jiwa maupun raga seseorang. Inilah ekstrimisme bah virus menyerang setiap insan manusia dalam memberikan sebuah gambaran secara sepihak, tetapi tidak melihat dari berbagai sisi secara utuh.

Keberadaan ekstrimisme sudah menjadi momok dalam kehidupan masyarakat. Sebab setiap saat penyakit ini dapat tumbuh berkembang secara sadar maupun tidak sadar. Karena itu dibutuhkan sebuah obat mujarab, agar penyakit ekstrimisme dapat di hilangkan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Obat ekstrimisme tidak lain dan tidak bukan, yaitu: dengan menggali berbagai khazanah Nusantara, agar mendapatkan sebuah pencerahan tidak dengan cara semu belaka, seperti obat dari bangsa barat dengan gagasan liberalisme maupun dalam bentuk gagasan yang lain.

Liberalisme merupakan salah satu penyakit ekstrimisme kebebasan dalam menerjemahkan sebuah realita kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah kajian yang cenderung pada pola pikir yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sebab ketika liberalisme ala barat di paksakan masuk dalam budaya dan adat istiadat masyarakat pribumi, tentu akan menyebabkan sebuah penyakit yang sangat kronis. Karena kebebasan yang di bangun masyarakat barat dengan masyarakat Nusantara sangat berbeda dalam ranah kehidupan yang serba multi real.

Penyakit ekstrimisme dalam paham liberal merupakan contoh kecil dari destruktif gagasan barat. Sebab selain liberalisme masih terdapat paham lain, seperti: Positivisme, Darwinisme, Marxisme, Nihilisme, Kapitalisme dan berbagai Isme-isme yang lain.

Liberalisme menjadi sebuah gerakan ekstrim di karenakan kebebasan yang di bangun cenderung memberikan sebuah makna hanya sebatas kebebasan ala mereka, padahal kebebasan dalam kehidupan masyarakat nusantara lebih arif dan bijaksana. Sebab kebebasan yang di bangun masyarakat Nusantara lebih mengarah kepada kebebasan dengan berpegang pada tenggang rasa sebagai falsafah kehidupan.

Sedangkan kebebasan yang dibangun liberalisme cenderung mengarah pada pembiaran budaya asing masuk dengan bebas, walaupun tidak sesuai dengan karakter dan watak masyarakat Nusantara. Berangkat dari sinilah bangunan liberalisme dalam membangun sebuah kebebasan hanya sebatas pemahaman individu dan kelompoknya belaka, tetapi tidak menyentuh bangunan kebebasan dalam ranah kehidupan masyarakat Nusantara secara utuh.

Keberadaan liberalisme merupakan sebuah penyakit ekstrimisme dengan wajah kebebasan ala barat dalam menggagas beragam kehidupan, padahal gagasan liberalisme ala barat sangat tidak sesuai dengan bangunan kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga liberalisme yang masuk dalam ranah masyarakat cenderung pada pola pikir ekstrimisme dengan memaksakan kehendak sebuah gagasan dengan berkedok kebebasan ala mereka.

Islam tradisional merupakan sebuah bentuk gagasan dalam membendung berbagai gerakan pola pikir maupun tindakan budaya asing yang masuk, tetapi yang di bendung Islam tradisional tidak lepas dari sebuah gagasan yang tidak sesuai dengan paradigma pemikiran dan tingkah laku masyarakat di bumi Nusantara. Sehingga keberadaan Islam tradisional merupakan obat dalam membendung berbagai virus ekstrimisme dalam bentuk pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan.

Gagasan Islam tradisional dalam menyikapi virus ekstrimisme kanan maupun kiri dengan cara mengambil sikap. Bahwa menggali khazanah Nusantara sebagai tolak ukur dalam memberikan sebuah penilaian tentang gagasan dari bangsa asing yang telah menyebabkan sebuah ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Mengobati ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat Nusantara, tentu di perlukan sebuah kajian dengan mengedepankan tepa selira dalam membangun pandangan masyarakat, agar terjadi sebuah sinergi antara teks dan konteks dalam Nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dan utuh antara kehidupan masyarakat dengan kepribadian dan karakter masyarakat dalam menjalankan sebuah bangunan ke-agamaan.

Liberalisme dalam membangun sebuah bentuk kebebasan dalam kehidupan masyarakat Nusantara cenderung sepihak. Sehingga menghasilkan sebuah ekstrimisme dalam cara pandang dan tindak-tanduk dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Islam tradisional dalam membangun sebuah kebebasan lebih mengangkat harkat martabat masyarakat Nusantara dengan jalan menggali dari falsafah tepa selira sebagai bentuk kebebasan, bukan kebebasan dari bangsa barat di bawa kebumi Nusantara. Berangkat dari sinilah kebebasan yang di bangun Islam tradisional cenderung mengarah pada paradigma yang sehat dalam kehidupan masyarakat secara kaffah, dan dapat menjadi sebuah obat di berbagai bentuk ekstrimisme kiri maupun kanan. Semoga Allah memberikan anugerah nikmat kepada kami di dunia maupun dalam kehidupan yang akan datang, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Islam Tradisional Menggugat



Islam tradisional menggugat merupakan sebuah bentuk ketidak-sepahaman dengan para pemikir barat dalam menggagas tentang realita kehidupan. Sebab para pemikir barat cenderung sepihak dalam memberikan gambaran tentang Islam tradisional. Sehingga memunculkan sebuah gagasan dari Islam tradisional dalam menggugat paradigma para pemikir barat.

Pemikiran Islam tradisional dengan proses menggugat berusaha memberikan sebuah pemahaman secara berimbang, agar pemahaman dari para pemikir barat tidak diambil secara Mentah-mentah, tetapi dikaji ulang dan di filters tentang paradigma para pemikir barat dalam menggagas masalah kehidupan masyarakat Islam tradisional.

Keberadaan Islam tradisional sering di identikkan dengan berbagai macam pendapat miring dari para pemikir barat. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit di labelkan dalam Islam tradisional, tentu dengan tujuan menginginkan sebuah perubahan sesuai kehendak para pemikir barat.

Paradigma para pemikir barat tak jarang memberikan sebuah stigma negatif terhadap masyarakat Islam tradisional dengan istilah masyarakat tertutup tanpa melihat kemajuan zaman, dan masih banyak lagi yang dialamatkan miring terhadap masyarakat Islam tradisional, padahal segala bentuk dalam kehidupan masyarakat mempunyai kebebasan dan ketertutupan Masing-masing, begitu juga dalam kehidupan bangsa barat. Berangkat dari sinilah dapat dikerucut, bahwa pembeda antara bangsa barat dengan masyarakat Islam tradisional tentang ketertutupan dan kebebasan disebabkan dalam bentuk karakter dan kepribadian dalam diri Masing-masing.

Eksistensi Islam tradisional merupakan sebuah bentuk bangunan kepribadian dan watak masyarakat nusantara dengan istilah sederhana dan bersahaja dalam menatap sebuah kehidupan. Sehingga wajar paradigma bangsa barat dengan masyarakat tadisional berbeda dalam menyikapi sebuah realita. Sebab corak pandang dalam kehidupan para pemikir barat dengan masyarakat tradisional juga mengalami sebuah perbedaan yang begitu kompleks.

Sebuah slogan Islam tradisional menggugat merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap para pemikir barat dalam menggambarkan tentang kehidupan masyarakat secara luas. Sebab para pemikir barat sering terjebak dengan cara pembenaran diri tanpa melihat realita secara dalam. Inilah sebuah realita tentang berbagai pandangan para pemikir barat dalam memberikan sebuah makna tentang Islam tradisional.

Para pemikir barat tak jarang memberikan sebuah istilah tentang Islam tradisional dengan sebutan sebuah bangunan konsevatif yang tertutup, padahal ketertutupan yang di berikan para pemikir barat, tentu mempunyai sebuah tujuan, agar masyarakat tradisional membuka diri sesuai dengan kehendak para pemikir barat, padahal bangsa barat sendiri juga tidak mau membuka diri terhadap kepentingan masyarakat tradisional.

Bangsa barat sejak dahulu kala sering melakukan segala tipu daya dalam memberikan sebuah gambaran terhadap realita kehidupan masyarakat tradisional. Bahkan bangsa barat Berabad-abad telah menjajah bangsa nusantara, tentu semua tak lepas dari corak pandang paradigma barat dalam memberikan gambaran tentang sosial, budaya, politik, pendidikan dan masih banyak lagi gambaran para pemikir barat dalam menggagas masyarakat tradisional secara parsial.

Gagasan para pemikir barat tentang masyarakat Islam tradisional tak lepas dari cara menghakimi sepihak dalam memberikan sebuah argumen. Sehingga masyarakat Islam tradisional selalu dicirikan dengan stagnasi sebuah peradaban, padahal masyarakat Islam tradisional mempunyai peradaban dan kemajuan dalam dirinya sendiri, walau berbeda dengan peradaban dan kemajuan bangsa barat.

Masyarakat Islam tradisional merupakan sebuah kepribadian dalam mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali berbagai khazanah Nusantara maupun khazanah ke-Islaman, tentu berusaha membangun sebuah paradigma yang cerdas dalam menempatkan sebuah ajaran agama dengan realita kehidupan.

Keberadaan adat istiadat dengan bentuk kearifan lokal selalu menjadi incaran para pemikir barat, agar masyarakat Islam tradisional membuka diri sesuai dengan kepentingan mereka. Sehingga dengan berbagai wacana para pemikir barat berusaha menggagas masalah tersebut.

Sebenarnya, Kalau menuju perubahan masyarakat dalam ranah positif, tentu masih dapat di terima, tetapi dalam multi real kehidupan sejak dahulu kala sampai sekarang, ternyata bangsa barat tak jarang malah melakukan tindak eksploitasi kekayaan sumber daya alam Nusantara secara berlebihan. Berangkat dari sinilah keterbukaan dan kebebasan yang di gagas bangsa barat tak lepas berpangkal pada kepentingan bangsa barat secara sepihak.

Lebih ironis lagi, para pemikir barat melakukan sebuah kajian tentang keagamaan dengan paradigma liberal dalam kajian agama Islam. Sehingga dalam tafsir agama Islam disesuaikan dengan paradigma barat tentang ke-Islaman, tetapi fakta dilapangan tidak mensinergikan antara teks dan konteks secara utuh. Sebab bangsa barat dalam menggagas ke-Islaman lebih cenderung dengan istilah kebebasan ala bangsa barat sendiri dan menegasikan kepribadian dan karakter masyarakat Islam tradisional.

Islam tradisional menggugat terhadap tindakan bangsa barat dalam melakukan berbagai manuver politis dengan cara menghakimi sepihak terhadap masyarakat Islam tradisional, begitu juga menggugat bangsa barat dalam melakukan sebuah bentuk ekspansi secara berlebihan di berbagai aspek kehidupan. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan berkah kepada para pemikir Islam tradisional, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Islam Tradisional


Eksistensi Islam tradisional sudah mulai menjadi kajian para pemikir di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahkan saat ini Islam tradisional sudah mulai menjadi pembicaraan para akademisi dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman dengan budaya masyarakat setempat. Sebab Islam dengan budaya merupakan sebuah bangunan yang saling berkesinambungan secara utuh, tanpa terpisah sama sekali dalam kehidupan masyarakat Islam.

Sejak zaman dahulu kala Islam tradisional sering di petakan oleh para ahli dari barat. Bahwa Islam tradisional merupakan sebuah bentuk bangunan konservatif yang tertutup, padahal Islam tradisional bukan masalah tertutup atau terbuka dalam menerjemahkan kehidupan yang serba multi real, tetapi paradigma Islam tradisional cenderung mengarah pada memfilters sebuah budaya asing yang ingin masuk dalam ranah multi real kehidupan masyarakat secara universal.

Paradigma berpikir Islam tradisional dalam membangun tentang dunia ke-Islaman, agar tidak terjadi kebebasan yang dilandasi bukan semangat dari kepribadian masyarakat pribumi. Maka Islam tradisional lebih mengedepankan tentang kebijakan tepa selira dalam membangun falsafah keberagaman ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tradisional dianggap para pemikir barat sebagai corak pemikiran yang cenderung tertutup dalam pola berpikir, padahal barat sendiri tertutup di saat mendapatkan penjelasan dari paradigma Islam tradisional.

Gagasan para pemikir barat lebih berpikir cenderung menghakimi masyarakat tradisional, dan para pemikir barat menganggap paradigma mereka merupakan sebuah pencerahan, padahal budaya dan kepribadian bangsa barat berbeda jauh dengan masyarakat tradisonal.

Masalah ketertutupan masyarakat tradisional sering disalah artikan oleh para pemikir barat, tentu dengan tujuan membuat sebuah argumen tentang Islam tradisional, agar di pandang sebelah mata oleh para pelajar didalam negeri maupun luar negeri. Sehingga menghasilkan sebuah stigma, bahwa Islam tradisional merupakan ajaran yang lebih mengedepankan kepada ketertutupan secara sempit dalam memberikan kajian tentang ke-Islaman, padahal semua itu tidaklah benar atas tuduhan dari bangsa barat.

Lebih jauh lagi, bangsa barat selalu berusaha membuka masyarakat tradisional dengan cara keterbukaan yang sesuai dengan adat istiadat dalam diri mereka, padahal kalau dilihat secara jernih tentang Islam tradisional. Bahwa keterbukaan dan kebebasan dalam Islam tradisional, tentu sesuai dengan corak pandang masyarakat tradisional sendiri, begitu pula keterbukaan dan kebebasan bangsa barat, tentu tidak lerlepas dari kepribadian bangsa barat sendiri dalam menerjemahkan tentang makna tersebut.

Keberadaan Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sebuah sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah. Sehingga Islam tradisional mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman secara kaffah dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tadisional merupakan sebuah gagasan dalam membangun masyarakat pribumi, agar mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman antara teks dan konteks, agar dapat sejalan dan beriringan dalam menerjemahkan tentang kehidupan.

Ketika berbicara Islam tradisional dalam corak pandang para pemikir barat, sering menghasilkan sebuah penilaian tentang Islam tradisional secara konservatif ala barat, padahal Islam tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dalam mengkaji tentang ke-Islaman.

Gagasan cerdas Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan tentang nilai luhur masyarakat, agar dapat menyatu secara utuh dalam ajaran dan Nilai-nilai tentang ke-Islaman, supaya menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dalam membangun khazanah Islam di kawasan Nusantara. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan berkah kepada kami, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Saturday, 26 May 2012

Islam Tradisional Sebagai Obat Ekstrimisme


Pergolakan ekstrimisme kiri dan ekstrimisme kanan semakin memanas, tidak hanya dalam pusaran ekonomi, tetapi sudah mewabah dalam pusaran sosial, budaya, agama dan masih banyak lagi. Sehingga ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat sudah mewabah bah virus yang siap mematikan di setiap saat. Berangkat dari sinilah di perlukan sebuah obat penyakit ekstrimisme dengan cara mencari jalan tengah yang tepat dalam memberikan sebuah gambaran tentang masalah ekstrimisme buta.

Ekstrimisme tumbuh berkembang dalam ranah pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan. Sehingga ekstrimisme terkadang tidak disadari bagi orang yang terkena penyakit ini. Sebab ekstrimisme begitu halus masuk dalam ranah jiwa maupun raga seseorang. Inilah ekstrimisme bah virus menyerang setiap insan manusia dalam memberikan sebuah gambaran secara sepihak, tetapi tidak melihat dari berbagai sisi secara utuh.

Keberadaan ekstrimisme sudah menjadi momok dalam kehidupan masyarakat. Sebab setiap saat penyakit ini dapat tumbuh berkembang secara sadar maupun tidak sadar. Karena itu dibutuhkan sebuah obat mujarab, agar penyakit ekstrimisme dapat di hilangkan dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Obat ekstrimisme tidak lain dan tidak bukan, yaitu: dengan menggali berbagai khazanah Nusantara, agar mendapatkan sebuah pencerahan tidak dengan cara semu belaka, seperti obat dari bangsa barat dengan gagasan liberalisme maupun dalam bentuk gagasan yang lain.

Liberalisme merupakan salah satu penyakit ekstrimisme kebebasan dalam menerjemahkan sebuah realita kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah kajian yang cenderung pada pola pikir yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Sebab ketika liberalisme ala barat di paksakan masuk dalam budaya dan adat istiadat masyarakat pribumi, tentu akan menyebabkan sebuah penyakit yang sangat kronis. Karena kebebasan yang di bangun masyarakat barat dengan masyarakat Nusantara sangat berbeda dalam ranah kehidupan yang serba multi real.

Penyakit ekstrimisme dalam paham liberal merupakan contoh kecil dari destruktif gagasan barat. Sebab selain liberalisme masih terdapat paham lain, seperti: Positivisme, Darwinisme, Marxisme, Nihilisme, Kapitalisme dan berbagai Isme-isme yang lain.

Liberalisme menjadi sebuah gerakan ekstrim di karenakan kebebasan yang di bangun cenderung memberikan sebuah makna hanya sebatas kebebasan ala mereka, padahal kebebasan dalam kehidupan masyarakat nusantara lebih arif dan bijaksana. Sebab kebebasan yang di bangun masyarakat Nusantara lebih mengarah kepada kebebasan dengan berpegang pada tenggang rasa sebagai falsafah kehidupan.

Sedangkan kebebasan yang dibangun liberalisme cenderung mengarah pada pembiaran budaya asing masuk dengan bebas, walaupun tidak sesuai dengan karakter dan watak masyarakat Nusantara. Berangkat dari sinilah bangunan liberalisme dalam membangun sebuah kebebasan hanya sebatas pemahaman individu dan kelompoknya belaka, tetapi tidak menyentuh bangunan kebebasan dalam ranah kehidupan masyarakat Nusantara secara utuh.

Keberadaan liberalisme merupakan sebuah penyakit ekstrimisme dengan wajah kebebasan ala barat dalam menggagas beragam kehidupan, padahal gagasan liberalisme ala barat sangat tidak sesuai dengan bangunan kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga liberalisme yang masuk dalam ranah masyarakat cenderung pada pola pikir ekstrimisme dengan memaksakan kehendak sebuah gagasan dengan berkedok kebebasan ala mereka.

Islam tradisional merupakan sebuah bentuk gagasan dalam membendung berbagai gerakan pola pikir maupun tindakan budaya asing yang masuk, tetapi yang di bendung Islam tradisional tidak lepas dari sebuah gagasan yang tidak sesuai dengan paradigma pemikiran dan tingkah laku masyarakat di bumi Nusantara. Sehingga keberadaan Islam tradisional merupakan obat dalam membendung berbagai virus ekstrimisme dalam bentuk pola pikir maupun dalam bentuk sebuah tindakan.

Gagasan Islam tradisional dalam menyikapi virus ekstrimisme kanan maupun kiri dengan cara mengambil sikap. Bahwa menggali khazanah Nusantara sebagai tolak ukur dalam memberikan sebuah penilaian tentang gagasan dari bangsa asing yang telah menyebabkan sebuah ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Mengobati ekstrimisme dalam kehidupan masyarakat Nusantara, tentu di perlukan sebuah kajian dengan mengedepankan tepa selira dalam membangun pandangan masyarakat, agar terjadi sebuah sinergi antara teks dan konteks dalam Nilai-nilai ke-Islaman. Sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dan utuh antara kehidupan masyarakat dengan kepribadian dan karakter masyarakat dalam menjalankan sebuah bangunan ke-agamaan.

Liberalisme dalam membangun sebuah bentuk kebebasan dalam kehidupan masyarakat Nusantara cenderung sepihak. Sehingga menghasilkan sebuah ekstrimisme dalam cara pandang dan tindak-tanduk dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Islam tradisional dalam membangun sebuah kebebasan lebih mengangkat harkat martabat masyarakat Nusantara dengan jalan menggali dari falsafah tepa selira sebagai bentuk kebebasan, bukan kebebasan dari bangsa barat di bawa kebumi Nusantara. Berangkat dari sinilah kebebasan yang di bangun Islam tradisional cenderung mengarah pada paradigma yang sehat dalam kehidupan masyarakat secara kaffah, dan dapat menjadi sebuah obat di berbagai bentuk ekstrimisme kiri maupun kanan. Semoga Allah memberikan anugerah nikmat kepada kami di dunia maupun dalam kehidupan yang akan datang, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Friday, 25 May 2012

Islam Tradisional Menggugat


Islam tradisional menggugat merupakan sebuah bentuk ketidak-sepahaman dengan para pemikir barat dalam menggagas tentang realita kehidupan. Sebab para pemikir barat cenderung sepihak dalam memberikan gambaran tentang Islam tradisional. Sehingga memunculkan sebuah gagasan dari Islam tradisional dalam menggugat paradigma para pemikir barat.

Pemikiran Islam tradisional dengan proses menggugat berusaha memberikan sebuah pemahaman secara berimbang, agar pemahaman dari para pemikir barat tidak diambil secara Mentah-mentah, tetapi dikaji ulang dan di filters tentang paradigma para pemikir barat dalam menggagas masalah kehidupan masyarakat Islam tradisional.

Keberadaan Islam tradisional sering di identikkan dengan berbagai macam pendapat miring dari para pemikir barat. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit di labelkan dalam Islam tradisional, tentu dengan tujuan menginginkan sebuah perubahan sesuai kehendak para pemikir barat.

Paradigma para pemikir barat tak jarang memberikan sebuah stigma negatif terhadap masyarakat Islam tradisional dengan istilah masyarakat tertutup tanpa melihat kemajuan zaman, dan masih banyak lagi yang dialamatkan miring terhadap masyarakat Islam tradisional, padahal segala bentuk dalam kehidupan masyarakat mempunyai kebebasan dan ketertutupan Masing-masing, begitu juga dalam kehidupan bangsa barat. Berangkat dari sinilah dapat dikerucut, bahwa pembeda antara bangsa barat dengan masyarakat Islam tradisional tentang ketertutupan dan kebebasan disebabkan dalam bentuk karakter dan kepribadian dalam diri Masing-masing.

Eksistensi Islam tradisional merupakan sebuah bentuk bangunan kepribadian dan watak masyarakat nusantara dengan istilah sederhana dan bersahaja dalam menatap sebuah kehidupan. Sehingga wajar paradigma bangsa barat dengan masyarakat tadisional berbeda dalam menyikapi sebuah realita. Sebab corak pandang dalam kehidupan para pemikir barat dengan masyarakat tradisional juga mengalami sebuah perbedaan yang begitu kompleks.

Sebuah slogan Islam tradisional menggugat merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap para pemikir barat dalam menggambarkan tentang kehidupan masyarakat secara luas. Sebab para pemikir barat sering terjebak dengan cara pembenaran diri tanpa melihat realita secara dalam. Inilah sebuah realita tentang berbagai pandangan para pemikir barat dalam memberikan sebuah makna tentang Islam tradisional.

Para pemikir barat tak jarang memberikan sebuah istilah tentang Islam tradisional dengan sebutan sebuah bangunan konsevatif yang tertutup, padahal ketertutupan yang di berikan para pemikir barat, tentu mempunyai sebuah tujuan, agar masyarakat tradisional membuka diri sesuai dengan kehendak para pemikir barat, padahal bangsa barat sendiri juga tidak mau membuka diri terhadap kepentingan masyarakat tradisional.

Bangsa barat sejak dahulu kala sering melakukan segala tipu daya dalam memberikan sebuah gambaran terhadap realita kehidupan masyarakat tradisional. Bahkan bangsa barat Berabad-abad telah menjajah bangsa nusantara, tentu semua tak lepas dari corak pandang paradigma barat dalam memberikan gambaran tentang sosial, budaya, politik, pendidikan dan masih banyak lagi gambaran para pemikir barat dalam menggagas masyarakat tradisional secara parsial.

Gagasan para pemikir barat tentang masyarakat Islam tradisional tak lepas dari cara menghakimi sepihak dalam memberikan sebuah argumen. Sehingga masyarakat Islam tradisional selalu dicirikan dengan stagnasi sebuah peradaban, padahal masyarakat Islam tradisional mempunyai peradaban dan kemajuan dalam dirinya sendiri, walau berbeda dengan peradaban dan kemajuan bangsa barat.

Masyarakat Islam tradisional merupakan sebuah kepribadian dalam mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali berbagai khazanah Nusantara maupun khazanah ke-Islaman, tentu berusaha membangun sebuah paradigma yang cerdas dalam menempatkan sebuah ajaran agama dengan realita kehidupan.

Keberadaan adat istiadat dengan bentuk kearifan lokal selalu menjadi incaran para pemikir barat, agar masyarakat Islam tradisional membuka diri sesuai dengan kepentingan mereka. Sehingga dengan berbagai wacana para pemikir barat berusaha menggagas masalah tersebut.

Sebenarnya, Kalau menuju perubahan masyarakat dalam ranah positif, tentu masih dapat di terima, tetapi dalam multi real kehidupan sejak dahulu kala sampai sekarang, ternyata bangsa barat tak jarang malah melakukan tindak eksploitasi kekayaan sumber daya alam Nusantara secara berlebihan. Berangkat dari sinilah keterbukaan dan kebebasan yang di gagas bangsa barat tak lepas berpangkal pada kepentingan bangsa barat secara sepihak.

Lebih ironis lagi, para pemikir barat melakukan sebuah kajian tentang keagamaan dengan paradigma liberal dalam kajian agama Islam. Sehingga dalam tafsir agama Islam disesuaikan dengan paradigma barat tentang ke-Islaman, tetapi fakta dilapangan tidak mensinergikan antara teks dan konteks secara utuh. Sebab bangsa barat dalam menggagas ke-Islaman lebih cenderung dengan istilah kebebasan ala bangsa barat sendiri dan menegasikan kepribadian dan karakter masyarakat Islam tradisional.

Islam tradisional menggugat terhadap tindakan bangsa barat dalam melakukan berbagai manuver politis dengan cara menghakimi sepihak terhadap masyarakat Islam tradisional, begitu juga menggugat bangsa barat dalam melakukan sebuah bentuk ekspansi secara berlebihan di berbagai aspek kehidupan. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan berkah kepada para pemikir Islam tradisional, Amiin.....

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).........

Thursday, 24 May 2012

Islam Tradisional

Eksistensi Islam tradisional sudah mulai menjadi kajian para pemikir di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bahkan saat ini Islam tradisional sudah mulai menjadi pembicaraan para akademisi dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman dengan budaya masyarakat setempat. Sebab Islam dengan budaya merupakan sebuah bangunan yang saling berkesinambungan secara utuh, tanpa terpisah sama sekali dalam kehidupan masyarakat Islam.

Sejak zaman dahulu kala Islam tradisional sering di petakan oleh para ahli dari barat. Bahwa Islam tradisional merupakan sebuah bentuk bangunan konservatif yang tertutup, padahal Islam tradisional bukan masalah tertutup atau terbuka dalam menerjemahkan kehidupan yang serba multi real, tetapi paradigma Islam tradisional cenderung mengarah pada memfilters sebuah budaya asing yang ingin masuk dalam ranah multi real kehidupan masyarakat secara universal.

Paradigma berpikir Islam tradisional dalam membangun tentang dunia ke-Islaman, agar tidak terjadi kebebasan yang dilandasi bukan semangat dari kepribadian masyarakat pribumi. Maka Islam tradisional lebih mengedepankan tentang kebijakan tepa selira dalam membangun falsafah keberagaman ditengah-tengah kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tradisional dianggap para pemikir barat sebagai corak pemikiran yang cenderung tertutup dalam pola berpikir, padahal barat sendiri tertutup di saat mendapatkan penjelasan dari paradigma Islam tradisional.

Gagasan para pemikir barat lebih berpikir cenderung menghakimi masyarakat tradisional, dan para pemikir barat menganggap paradigma mereka merupakan sebuah pencerahan, padahal budaya dan kepribadian bangsa barat berbeda jauh dengan masyarakat tradisonal.

Masalah ketertutupan masyarakat tradisional sering disalah artikan oleh para pemikir barat, tentu dengan tujuan membuat sebuah argumen tentang Islam tradisional, agar di pandang sebelah mata oleh para pelajar didalam negeri maupun luar negeri. Sehingga menghasilkan sebuah stigma, bahwa Islam tradisional merupakan ajaran yang lebih mengedepankan kepada ketertutupan secara sempit dalam memberikan kajian tentang ke-Islaman, padahal semua itu tidaklah benar atas tuduhan dari bangsa barat.

Lebih jauh lagi, bangsa barat selalu berusaha membuka masyarakat tradisional dengan cara keterbukaan yang sesuai dengan adat istiadat dalam diri mereka, padahal kalau dilihat secara jernih tentang Islam tradisional. Bahwa keterbukaan dan kebebasan dalam Islam tradisional, tentu sesuai dengan corak pandang masyarakat tradisional sendiri, begitu pula keterbukaan dan kebebasan bangsa barat, tentu tidak lerlepas dari kepribadian bangsa barat sendiri dalam menerjemahkan tentang makna tersebut.

Keberadaan Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sebuah sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah. Sehingga Islam tradisional mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman secara kaffah dalam kehidupan masyarakat secara luas.

Islam tadisional merupakan sebuah gagasan dalam membangun masyarakat pribumi, agar mampu memberikan sebuah pemahaman tentang ke-Islaman antara teks dan konteks, agar dapat sejalan dan beriringan dalam menerjemahkan tentang kehidupan.

Ketika berbicara Islam tradisional dalam corak pandang para pemikir barat, sering menghasilkan sebuah penilaian tentang Islam tradisional secara konservatif ala barat, padahal Islam tradisional merupakan sebuah kearifan lokal dalam mengkaji tentang ke-Islaman.

Gagasan cerdas Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan tentang nilai luhur masyarakat, agar dapat menyatu secara utuh dalam ajaran dan Nilai-nilai tentang ke-Islaman, supaya menghasilkan sebuah bangunan yang kokoh dalam membangun khazanah Islam di kawasan Nusantara. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan berkah kepada kami, Amiin......

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........................

Wednesday, 23 May 2012

Bahaya Liberalisme Dalam Bangunan Masyarakat Islam



Membangun masyarakat Islam membutuhkan sebuah paradigma antara kepentingan individu dan sosial, agar dapat berjalan seimbang dalam tatanan bangunan masyarakat. Sedangkan liberalisme lebih condong dalam gagasan individual, tetapi cenderung menegasikan dalam aspek sosial. Berangkat dari sinilah akan megakibatkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat. Sebab antara individu dan sosial harus sejalan dalam mengemban tanggung jawab sebagai insan manusia dalam membangun sebuah tatanan yang lebih cerdas dan bermartabat.

Paradigma liberalisme merupakan sebuah gagasan dengan corak pandang kebebasan individu dalam membangun sebuah tatanan masyarakat, padahal dalam membangun masyarakat sudah semestinya tidak menegasikan dalam aspek sosial. Berangkat dari sinilah paradigma liberalisme sebatas kebebasan individu, tetapi cenderung mengabaikan kebebasan sosial dalam tatanan masyarakat secara kaffah.

Keberadaan liberalisme sering berseberangan dengan aspek sosial. Sebab liberalisme cenderung mengarah kebebasan individu, tetapi menegasikan kebebasan sosial secara kaffah. Sehingga gagasan liberalisme dalam membangun masyakat sangatlah tidak tepat, apalagi kebebasan liberalisme terjebak pada individu dan kelompoknya. Inilah sebab akibat dari gagasan liberalisme yang cenderung mengarah kebobrokan dalam sistem masyarakat secara universal.

Konsep liberalisme selalu menggaungkan sebuah istilah kebebasan, tetapi kebebasan yang di gagas liberalisme mengarah pada kebebasan secara sempit. Sebab ketika datang sebuah gagasan selain liberalisme. Maka dengan segala cara liberalisme membendung gagasan dari luar dirinya. Berangkat dari sinilah kebebasan liberalisme merupakan sebuah gagasan dalam makna sempit, tetapi tidak secara kolektif dalam membangun sebuah bangunan antara individu dan sosial.

Bahaya liberalisme dalam bangunan masyarakat dapat dirasakan masyarakat pada saat terjadi sebuah konfliks antara individu dengan individu lain. Sebab sebuah kebebasan tanpa dilandasi tenggang rasa yang tinggi dan sebuah kesadaran sosial, tentu akan menghasilkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat.

Membangun masyarakat Islam dibutuhkan sebuah tindakan yang tepat, agar terjadi sebuah keseimbangan, tetapi kalau kebebasan liberal cenderung mengarah pada kebebasan individu belaka, tentu dalam dataran sosial telah mengalami kerancuan. Sebab dalam membangun sebuah tatanan masyarakat harus didasari semangat tenggang rasa, bukan hanya sebatas atas nama kebebasan.

Ketika liberalisme masuk dalam wilayah ekonomi, tentu akan terjadi sebuah eksploitasi secara Besar-besaran dari satu pihak, tetapi merugikan dari berbagai pihak. Berangkat dari sinilah akan terjadi sebuah sistem kapitalisme dalam membangun sebuah kehidupan masyarakat

Sistem kapitalisme merupakan bagian dari Nilai-nilai liberalisme. Sehingga kalau liberalisme sudah masuk dalam ranah ekonomi masyarakat, berarti ekonomi masyarakat telah di kuasai segelintir kelompok. Inilah bahaya liberalisme dalam wilayah ekonomi masyarakat secara universal.

Gagasan liberalisme membahayakan tidak sebatas masalah ekonomi. Namun lebih jauh lagi membahayakan segala aktivitas masyarakat, baik masalah budaya, pendidikan dan masih banyak lagi. Sebab gagasan liberalisme tak lepas dari bangsa barat sebagai pelopor tentang idiologi liberalisme. Sehingga antara bangsa barat dengan liberalisme tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Sebab dalam artian antara penggagas dan yang di gagas saling berkesinambungan dalam makna liberalisme.

Barat dan liberalisme merupakan dua hal yang saling berkesinambungan. Sebab liberalisme muncul dari ranah bangsa barat dalam menggagas segala aspek kehidupan. Sehingga menghasilkan sebuah paradigma dalam idiologi liberalisme dalam tatanan masyarakat barat, tetapi ketika liberalisme masuk dalam wilayah Islam, tentu akan sangat membahayakan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Sebab masyarakat Islam sudah mempunyai paradigma dan budaya sendiri dalam membangun masyarakat secara kaffah.

Lebih jauh lagi, ternyata liberalisme telah masuk dalam wilayah agama. Sehingga dapat ditebak tentang liberalisme masuk dalam wilayah agama. Maka sebuah kenyataan pahit akan terjadi dalam sebuah gagasan tentang agama yang cenderung mengedepankan aspek individu dan menegasikan aspek sosial. Berangkat dari sinilah bangunan agama dalam kehidupan masyarakat akan terjadi sebuah kerancuan antara teks dan konteks.

Paling berbahaya lagi, ketika liberalisme berubah wajah dengan istilah Islam liberal. Sebab di saat liberalisme masuk dalam ranah agama Islam, tentu akan terjadi sebuah tafsir yang mengedepankan akal secara berlebihan. Sehingga menghasilkan sebuah hipotesis antara teks dan konteks tidak sejalan. Mengingat Islam liberal cenderung mengarah pada aspek kontekstual di banding aspek tekstual.

Keberadaan Islam merupakan agama fitrah. Ketika disandingkan dengan kebebasan individu secara berlebihan, tentu akan mempersempit makna Islam itu sendiri. Sebab Islam merupakan pengejawantahan antara aspek sosial dan individu secara utuh, tetapi tidak secara parsial dalam menerjemahkan sebuah persoalan masyarakat.

Paradigma liberalisme yang mengedepankan kebebasan individu, tetapi melupakan kebebasan sosial, tentu akan menghasilkan sebuah kerancuan dalam bangunan masyarakat. Berangkat dari sinilah sudah semestinya gagasan liberalisme merupakan sebuah ide yang tidak menyentuh secara utuh antara kepentingan individu dengan kepentingan sosial, tetapi Islam sangat utuh dalam menggambarkan masyarakat secara kaffah.

Bahaya liberalisme dalam bangunan masyarakat Islam, ternyata dapat mengakibatkan sebuah kerancuan dalam tatanan kehidupan secara universal. Mengingat liberalisme merupakan paham kebebasan yang condong terhadap konteks individu, tetapi melupakan antara teks dan konteks secara individu maupun sosial dalam membangun berbagai aspek kehidupan. Dan Allah pembantu kaum muslimin. Cukuplah Dia bagi kami dan begitu besar bantuan-NYA.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)........................

Pergolakan Islam di Kawasan Nusantara



Kawasan Nusantara merupakan daerah dengan kekayaan berbagai sumber daya alam yang berlimpah. Bahkan kekayaan Nusantara menjadi rebutan dari berbagai negara asing, baik dari bangsa eropa maupun bangsa lainnya, tentu dengan tujuan mengeksplotasi secara Besar-besaran harta yang terpendam di dataran Nusantara. Sehingga tak heran bangsa Nusantara Berabad-abad telah di dominasi ekspansi bangsa eropa.

Sebelum kemerdekaan bangsa di kawasan Nusantara, terdapat agama besar Islam sebagai bagian terbesar dari sebuah bangunan keyakinan. Sehingga tak heran Islam menjadi ladang rebutan berbagai idiologi masuk dalam ranah ke-Islaman, agar gagasan tentang idiologi ke-Islaman dapat di terima dalam jiwa masyarakat Nusantara.

Perjalanan Islam sebelum kemerdekaan ada istilah Islam tradisional dan Islam Modern. Kedua idiologi ke-Islaman ini akan menjadi sebuah cikal bakal kemajuan dan kemunduran Islam di Nusantara. Sebab dalam kelanjutan kedua corak pandang ini mengalami sebuah perbedaan dalam dunia ke-Islaman. Karena pemahaman Islam tradisional di zaman dahulu merupakan sebuah pengejawantahan antara budaya setempat dengan Nilai-nilai ke-Islaman.

Sedangkan Islam modern cenderung mengarah pada pemurnian Islam dalam menjalankan sebuah aktivitas ke-agamaan. Sehingga sering sekali Islam modern berbenturan dengan budaya setempat dalam menggagas ke-Islaman, padahal dalam ajaran Islam antara budaya dan Nilai-nilai ke-Islaman harus sejalan, tentu tanpa menanggalkan teks maupun konteks. Sebab agama Islam merupakan ajaran wahyu sebagai pedoman masyarakat Islam. Sedangkan budaya merupakan sebuah kehidupan real masyarakat. Karena kedua hal ini sudah semestinya dapat sejalan dalam membangun dunia ke-Islaman di nusantara.

Sejak kemerdekaan bangsa nusantara, terdapat pergolakan Idiologi ke-Islaman yang semakin memanas. Karena di sebabkan beragam aliran masuk dalam wilayah nusantara dan puncaknya pada pasca reformasi di Indonesia yang telah menghasilkan sebuah Idiologi Islam terpecah dalam tiga perseteruan antar Idiologi ke-Islaman. Lalu muncul sebuah pertanyaan, Idiologi Islam apa yang berkembang di Nusantara saat ini?...........

Pertama: Islam liberal merupakan ke-Islaman dengan wajah bangsa Barat dalam menggagas ke-Islaman dan cenderung mengandalkan konteks dalam menganalisa sebuah peristiwa yang menyangkut agama Islam di banding aspek tekstual. Sehingga wajah Islam liberal cenderung mengarah para gagasan ke-Islaman ala barat dalam menganalisa tentang ajaran Islam.

Kedua: Islam Khilafah merupakan sebuah idiologi ke-Islaman yang menggagas tentang berbagai aspek kehidupan dengan sudut pandang tekstual. Sehingga model Islam Khilafah cenderung di pengaruhi bangsa Timur Tengah dalam menerjemahkan tentang kehidupan ke-Islaman.

Ketiga: Islam tradisional merupakan sebuah pengejawantahan antara teks dan konteks, agar kedua hal ini dapat terjadi sinergi yang saling berkaitan secara utuh. Karena Islam tradisonal merupakan wajah ke-Islaman dengan mengambil Nilai-nilai yang terdapat dalam kawasan Nusantara, untuk di gali dalam khazanah ke-Islaman yang lebih membumi dalam kehidupan secara kaffah.

Dari gambaran di atas tentang Idiologi besar ke-Islaman di Nusantara dapat menjadi sebuah gambaran. Bahwa pergolakan Islam pra kemerdekaan bangsa Nusantara telah mengalami berbagai gejolak yang sangat keras dalam kehidupan masyarakat, begitu pula pasca kemerdekaan bangsa Nusantara, ternyata Idiologi ke-Islaman terpecah dalam wilayah ke-agamaan yang lebih rumit lagi.

Pra kemerdekaan bangsa Nusantara ada dua idiologi yang saling berseberangan di kawasan Asia Tenggara, kedua Idiologi ini di kenal dengan Istilah Islam Modern dan Islam Tradisional, tetapi pasca kemerdekaan berlangsung secara terus menerus dalam perkembangan dunia ke-Islaman, ternyata telah memunculkan tiga pergolakan Idiologi ke-Islaman dengan istilah Islam tradisional, Islam Liberal dan Islam Khilafah. Ketiga kelompok ini tidak jarang bersitegang dalam mengambil simpatik masyarakat di kawasan Nusantara.

Pergolakan ke-Islaman di Nusantara pada era sekarang memang dimotori tiga wajah bangsa besar yaitu: Islam liberal cenderung mengadopsi dari bangsa barat. Islam Khilafah cenderung mengadopsi dalam ranah ke-Islaman bangsa timur tengah. Dan terakhir Islam tradisional menggali dari bangsa pribumi dalam membangun sebuah bangunan ke-Islaman di kawasan Nusantara. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kami di jalan kebenaran, Amiin.............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
..............

Islam Liberal Terjebak Dalam Makna Kebebasan



Kebebasan salah satu nilai sebuah bentuk ekspresi dan inovasi dalam melakukan sebuah tafsir tentang polemik kehidupan. Bahkan kebebasan sudah masuk dalam ranah tafsir agama dengan sebutan Islam liberal dalam menafsirkan antara teks dan konteks, tetapi paradigma Islam liberal cenderung mengarah kepada budaya barat dalam menciptakan sebuah rumusan, padahal budaya liberal barat sering terdapat sebuah pertentangan dengan makna agama Islam.

Kelompok Islam liberal tak jarang mengatasnamakan kebebasan di saat mendapatkan sebuah serangan argumen dari pihak selain kelompoknya, padahal kalau mengakui sebuah kebebasan dalam makna sebuah bahasa secara tepat, berarti sudah siap dengan sebuah peta yang begitu kompleks dalam menanggapi sebuah realita kehidupan. Berangkat dari sinilah kebebasan telah terjebak pada gambaran individu dan kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Islam liberal dalam wadah menggagas masalah ke-Islaman.

Ketika berbicara kebebasan kita di hadapkan dengan beragam persoalan. Sebab tidak semua gagasan kebebasan positif dalam menerjemahkan sebuah realita. Bahkan kebebasan malah dapat merusak Sendi-sendi kehidupan. Karena batasan kebebasan nampak abstrak dalam pemahaman secara teks maupun konteks.

Keberadaan makna kebebasan telah di jadikan dalil Islam liberal sebagai alat dalam melindungi maupun menyerang kelompok lain. Bahkan ironis kebebasan telah di kebiri sebagai alat dalam membangun sebuah argumen, untuk menciptakan sebuah gagasan yang berpihak pada paradigma dalam dirinya, padahal kalau berbicara makna kebebasan sejati, tentu kebebasan merupakan sebuah bentuk paradigma dalam diri atas kondisi realita secara bebas, baik secara individu maupun kolektif dalam kehidupan.

Makna kebebasan sebagai bentuk pengejawantahan antara kehidupan individu dan sosial dalam menerjemahkan sebuah kehidupan. Namun dalam realita kebebasan yang di gagas Islam liberal cenderung pada kebebasan makna dalam individu, paling banter hanya sebatas kebebasan kelompok dalam Islam liberal itu sendiri atau yang sejalan dengan konsep Islam liberal. Sehingga kebebasan yang di gagas Islam liberal cenderung parsial dalam memberikan suatu penilaian tentang sebuah makna.

Islam liberal sering menyuarakan tentang kebebasan berpendapat, tetapi kebebasan berpendapat hanya sebatas kepentingan kelompok dan individu sendiri, namun sering menegasikan aspek paradigma dari kelompok lain. Sebab dalam paradigma Islam liberal cenderung penegasan yang berkiblat pada budaya barat, yaitu: sebuah kebebasan dalam makna dari bangsa barat, tetapi bukan makna kebebasan secara universal.

Lebih ironis lagi, ternyata Islam liberal dalam memberikan sebuah makna kebebasan sering terjebak pada paradigma dalam diri sendiri, padahal kalau memang Islam liberal menghormati sebuah kebebasan secara utuh, sudah semestinya Islam liberal mampu menghormati berbagai pendapat yang datang maupun pergi dari pihak yang berseberangan.

Masalah kaum Lesbi dan Gay yang di kampanyekan oleh Irshad Manji dapat dijadikan sebagai contoh kecil. Bahwa paradigma Islam liberal sering mengutarakan istilah saling menghargai, seperti menghargai pendapat Irshad Manji dalam kampanye kebebasan atas nama Lesbi dan Gay, tetapi di saat mendapatkan tentangan dari masyarakat Islam di Yogyakarta, ternyata kelompok Islam liberal tidak mampu menghargai sebuah perbedaan pendapat. Bahkan mengatakan kelompok yang menentang diskusi Irshad Manji merupakan kelompok yang tidak mampu menghargai sebuah perbedaan pendapat, padahal kalau di cermati secara tepat pendapat dari para penolak kampanye Irshad Manji, tentu itu termasuk salah satu sebuah bentuk kebebasan. Berangkat dari sinilah liberal telah terbukti tidak mampu memberikan sebuah pemahaman tentang sebuah makna kebebasan berpendapat secara utuh.

Islam liberal selalu menggunakan bahasa kebebasan sebagai dalil ampuh dalam melawan setiap pertarungan dengan kelompok tertentu, apalagi saat menghadapi para kelompok yang berseberangan dengan paham Islam liberal, berarti dari sinilah Islam liberal memberikan makna kebebasan begitu sempit. Sebab kalau berbicara kebebasan secara utuh, bahwa kebebasan merupakan sebuah bentuk ekspresi antara pro dan kontra sebagai bentuk kebebasan dalam berpendapat. Berangkat dari sinilah Islam liberal tidak layak menghakimi kelompok yang tidak sependapat dengan gagasan mereka dengan label Islam miring dalam memberikan gambaran kelompok yang bertentangan.

Keberadaan Islam liberal sering menggaungkan sebuah istilah keberanian dalam mengutarakan pendapat, tetapi kalau pendapat yang berseberangan dengan gagasan kelompok Islam liberal di katakan sebuah kedangkalan berpikir dalam menelaah tentang ke-Islaman, berarti keberanian Islam liberal terjebak pada logika pembenaran diri.

Islam liberal merupakan wajah baru dari budaya barat dalam memberikan sebuah syok terapi terhadap masyarakat Islam, agar masyarakat Islam dapat menerima gagasan dari bangsa barat, padahal bangsa barat sendiri tidak mau menerima paradigma dari masyarakat yang bertentangan dengan budaya mereka sendiri.

Kebebasan menjadi dalil Islam liberal sebagai alat pembenaran diri dalam melakukan sebuah serangkaian dalam membangun sebuah argumen. Namun di saat ada kelompok yang berseberangan dengan gagasan paradigma selain dari gagasan Islam liberal, ternyata di anggap tidak menghargai sebuah kebebasan, tentu itu menyalahi makna kebebasan secara kaffah.

Berangkat dari tulisan di atas, berarti Islam liberal terjebak pada istilah kebebasan dalam memberikan sebuah makna secara parsial. Sebab Islam liberal dalam memberikan makna kebebasan hanya sebatas dari cara pandang kebebasan atas paradigma diri dan kelompoknya. Namun di saat menerima penolakan gagasan dari kelompok atau individu lain, ternyata Islam liberal menganggap kelompok yang berseberangan itu tidak menghargai sebuah kebebasan, padahal kalau secara jernih memberikan sebuah makna tentang kebebasan, baik dalam bentuk penolakan atau menerima sebuah gagasan, tentu semua itu sebuah bentuk bagian dari dalil kebebasan itu sendiri. Dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-NYA. Dia maha kuat dan maha perkasa. Maka aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
............

Islam Tradisional dan Islam Liberal Dalam Khazanah Nusantara



Islam tradisional tumbuh berkembang dalam nafas kehidupan masyarakat nusantara. Sehingga Islam tradisional salah satu perpaduan dalam mensinergikan antara teks dan konteks dalam agama Islam, agar Islam dapat berjalan beriringan dengan adat istiadat masyarakat. Mengingat budaya masyarakat pribumi begitu kompleks dalam kehidupan masyarakat nusantara. Berangkat dari sinilah Islam tradisional tumbuh berkembang pesat dalam tatanan kehidupan masyarakat di tingkat infrastruktur maupun suprastruktur.

Keberadaan Islam tradisional merupakan wajah dalam mensinergikan budaya masyarakat pribumi dengan Nilai-nilai ke-Islaman nusantara, untuk menggagas berbagai macam permasalahan dalam kehidupan masyarakat, baik ditingkat infrastruktur maupun suprastruktur, agar terjadi sebuah paradigma pemikiran tentang ke-Islaman yang sejalan dan berimbang antara teks dan konteks ke-Islaman.

Nafas islam tradisional tumbuh berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat nusantara. Bahkan dengan corak keberagaman antara masyarakat nusantara yang satu dengan masyarakat nusantara yang lainnya, tetapi walaupun beragam corak dalam kehidupan masyarakat nusantara. Bahwa sejak dahulu kala terdapat sebuah bangunan kerukunan, menghargai, tepa selira dalam kehidupan antar masyarakat nusantara.

Sedangkan Islam liberal dengan wajah barat dalam mengadopsi ke-Islaman melakukan berbagai manuver politis, tentu dengan tujuan membuka masyarakat tradisional, agar dapat mengikuti kehendak paradigma Islam liberal dalam membedah khazanah ke-Islaman, agar sesuai dengan budaya bangsa barat dalam melakukan sebuah kajian. Sehingga yang terjadi sebuah kerancuan antara teks dan konteks dalam khazanah ke-Islaman.

Masyarakat pribumi nusantara sudah mempunyai kepribadian dan watak dalam corak pandang tentang ke-Islaman, tetapi Islam liberal dengan ngotot melakukan sebuah perubahan dalam kepribadian masyarakat nusantara, agar wajah ke-Islaman nusantara terbelah dengan wajah bangsa barat. Sebab kalau wajah ke-Islaman nusantara sudah mengadopsi budaya bangsa barat. Maka bangsa barat dengan mudah masuk dalam ranah ekonomi. sosial, politik dan berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat nusantara.

Keberadaan Islam liberal tumbuh berkembang secara pesat dengan paradigma bangsa barat dalam menggagas ke-Islaman. Sejak reformasi bergulir sebagai pintu gerbang dalam mengedepankan sebuah kebebasan disegala bidang. Berangkat dari sinilah Islam liberal terus menyusup dalam lingkup akademis maupun menyusup dalam lingkup yang lebih luas lagi.

Paradigma Islam liberal cenderung mengadopsi gagasan barat dalam melakukan berbagai kajian tentang ke-Islaman. Sehingga produk Islam liberal cenderung mengarah kepada penghakiman terhadap budaya ke-Islaman tradisional yang di anggap tidak mengalami sebuah kemajuan dalam membedah ke-Islaman.

Aneh sekali, ketika Islam liberal membedah tentang lesbi dan gay yang di anggap sebagai bentuk sebuah kemajuan zaman, apabila dikaitkan dengan dunia ke-Islaman, padahal fenomena tentang Lesbi dan Gay bukanlah permasalahan baru. Karena sejak zaman nabi sudah ada peristiwa tersebut, seperti kisah Nabi Luth dalam menghadapi kebobrokan moral para kaum homoseksual.

Permasalahan Lesbi dan Gay bukanlah permasalahan baru, tetapi Islam liberal berusaha mengkaji ulang tentang permasalahan Lesbi dan Gay, agar masyarakat dapat menerima keberadaan Lesbi dan Gay sebagai bentuk wajah keberagaman dan kebebasan.

Peristiwa Irshad Manji sebagai duta Islam liberal dapat dijadikan contoh kecil. Bahwa gagasan Irshad manji tentang Lesbi dan Gay masuk dalam ranah nusantara, ternyata di tolak oleh masyarakat Islam. Berangkat dari sinilah Islam liberal memberikan sebuah gambaran. Bahwa orang yang menolak Irshad Manji tidak menghargai sebuah kebebasan, padahal menolak atau menerima merupakan sebuah bentuk kebebasan, apabila dilihat secara utuh tentang makna kebebasan.

Irshad Manji merupakan duta besar Islam liberal dalam menggagas ke-Islaman dengan corak pandang budaya bangsa barat, padahal kalau di cermati dalam khazanah ke-Islaman sejak zaman klasik, bahwa Islam sangat mengutuk tindakan Lesbi dan Gay, tetapi Islam liberal berusaha melakukan sebuah tafsir Islam dengan cara paradigma budaya barat dalam membedah tentang Lesbi dan Gay. Sehingga mengakibatkan sebuah benturan antara teks dan konteks, apalagi Islam liberal berusaha dengan ngotot memasukkan gagasan tentang Lesbi dan Gay dalam ranah nusantara, agar Lesbi dan Gay dapat diterima dalam kehidupan masyarakat nusantara sebagai wajah Islam kontemporer.

Paradigma Islam liberal terus melakukan sebuah kajian dalam membedah budaya nusantara, agar masyarakat nusantara membuka diri dengan budaya bangsa barat, padahal bangsa barat sendiri tidak mau berwajah nusantara dalam menggagas berbagai permasalahan tentang eksistensi bangsa barat, begitupula masyarakat nusantara tidak akan cocok dengan budaya bangsa barat dalam mengkaji beragam persoalan.

Islam tradisional merupakan wajah masyarakat pribumi dalam setiap menggagas berbagai macam tentang khazanah ke-Islaman, sedangkan Islam liberal merupakan wajah bangsa barat dalam menggagas tentang ke-Islaman. Sehingga wajar dalam paradigma berpikir Islam liberal saat bersandingan dengan Islam tradisonal sering terjadi sebuah benturan dalam memberikan sebuah argumen tentang khazanah ke-Islaman.

Keberadaan Islam tradisional menginginkan sebuah paradigma antara teks dan konteks dapat terjadi sinergi yang saling melengkapi, tetapi Islam liberal cenderung mengarah terhadap kekuatan akal secara berlebihan dalam mengkaji ke-Islaman. Berangkat dari sinilah dalam kajian Islam liberal cenderung mengarah kepada kekuatan nalar, tetapi tidak mensinergikan antara teks dan konteks secara utuh, tetapi hanya sebatas teks dan konteks secara parsial.

Islam tradisonal dan Islam liberal dalam khazanah nusantara merupakan dua wajah yang berbeda. Sebab Islam tradisional mengedepankan paradigma ke-Islaman dengan teks dan konteks tanpa mengabaikan khazanah nusantara. Sedangkan Islam liberal dalam mengkaji ke-Islaman cenderung mengarah pada budaya bangsa barat, agar dapat di terima dalam kehidupan khazanah nusantara.

"Dan Kami Sekali-kali tidak akan mendapatkan petunjuk, kalau Allah tidak memberi petunjuk kepada kami". Dan Allah SWT lebih mengetahui. Melalui Dia diperoleh taufiq dan hidayah.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).......................

Liberalisme Dalam Pandangan Islam



Liberalisme merupakan paham kebebasan dengan mengedepankan hak individu dalam mengekspresikan segala kondisi dengan bebas lepas tanpa beban, tetapi dalam ajaran Islam mengajarkan tentang semangat tenggang rasa, tentu tidak sebatas dalam bentuk kebebasan belaka. Karena kalau kebebasan tanpa melihat kondisi sosial, tentu yang terjadi sebuah ketimpangan dalam pemahaman antara individu dan sosial.

Paradigma Liberalisme dalam memberikan makna tentang kebebasan sering di terjemahkan dalam makna yang tidak pada tempatnya. Sehingga yang terjadi dalam kehidupan tentang makna kebebasan mengarah pada sebuah semangat mencari pembenaran diri tanpa di landasi sebuah semangat tepa selira dalam menerjemahkan tentang multi kehidupan..

Pemahaman liberal cenderung mengarah kepada kebebasan tanpa batas, walaupun ada sebagian para penggerak paham liberal, bahwa liberal juga punya batasan tentang sebuah kebebasan antara individu dan sosial. Namun dalam realita makna kebebasan hanya terbatas pada ranah individu, bukan kebebasan dalam makna secara universal.

Ketika membedah liberalisme akan nampak sebuah kecerobohan dalam paham yang di anut sebagian masyarakat yang ingin sebuah kebebasan berekspresi dan berinovasi, padahal kebebasan individu akan menghasilkan sebuah tatanan yang kurang tepat dalam kehidupan sosial. Sebab kebebasan individu yang di gaungkan para kaum liberal dalam menerjemahkan sebuah makna kehidupan, telah mengantarkan dalam pola pikir destruktif dalam penerjemahan tentang berbagai persoalan.

Keberadaan liberalisme dalam kehidupan masyarakat mengarah pada paham kapitalisme, kalau di lihat dari sudut pandang ekonomi. Sebab liberalisme mengajarkan tentang sebuah kebebasan manusia sebebas-bebasnya dalam beraktivitas. Namun kalau di lihat secara teliti, bahwa paham liberal telah terjebak dalam paham individu, tanpa melihat dari sisi yang lain. Sehingga liberalisme hanya sebatas sebuah paham yang mengatasnamakan sebuah kebebasan. Namun bukan kebebasan dalam makna pembebasan sejati.

Liberalisme dalam perkembangan dan kelanjutannya, telah masuk dalam ranah tidak sebatas masalah ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bidang yang lain. Bahkan liberalisme telah mengarah masuk keranah agama Islam. Sehingga dengan kondisi liberalisme masuk dalam makna keagamaan, telah mengalami sebuah dilema dalam penafsiran. Sebab paham liberal dalam menafsirkan Islam cenderung mengarah pada daya akal, tanpa melihat sisi teks maupun konteks secara tepat, padahal ajaran Islam dalam mengajarkan sebuah tafsir harus melalui berbagai paradigma secara kaffah, bukan hanya sebatas satu sisi belaka.

Keberadaan tafsir Islam dalam paham liberal cenderung mengarah pada kerancuan antara teks dan konteks. Sebab liberalisme lebih menekankan pada aspek konteks dalam menafsirkan berbagai ajaran Islam. Berangkat dari sinilah terdapat dilema besar sebuah pemahaman agama antara akal dengan wahyu.

Kekuatan ruh dalam ajaran Islam tidak sebatas masalah kebebasan dalam berargumen. Sebab kalau Islam hanya sebatas kebebasan belaka, berarti mempersempit makna Islam itu sendiri. Karena Islam merupakan ajaran kaffah tentang manusia saat berhubungan denganTuhan, begitu juga saat manusia berhubungan dengan sesama. Inilah catatan terpenting dalam dunia Islam, bahwa Islam bukan sebatas semangat kebebasan dalam menerjemahkan antara teks dan konteks. Namun Islam lebih luas lagi dalam memberikan sebuah gambaran tentang berbagai persoalan kehidupan manusia.

Islam merupakan ajaran dalam pencapaian sebuah kemaslahatan secara kaffah. Namun kalau sebuah kebebasan tidak menghasilkan sebuah kemaslahatan, berarti sama saja membuang energi dalam kesesatan. Sehingga di butuhkan sebuah paham yang mampu mensinergikan antara teks dan konteks dalam menggali tentang khazanah ke-Islaman.

Liberalisme dalam pandangan Islam sangat jauh dari sebuah Nilai-nilai Islam tentang semangat kemaslahatan secara kaffah. Sebab liberalisme sebatas semangat kebebasan dalam cara pandang tentang menerjemahkan sebuah ajaran Islam. Sedangkan Islam mengajarkan tentang semangat mencari kemaslahatan, bukan sebuah kebebasan tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah.

Keberadaan liberalisme cenderung dalam paham kebebasan semu. Sebab batasan dalam liberalisme bersifat abstrak, Namun ajaran Islam sudah jelas dalam melakukan sebuah penilaian antara haq dengan yang batil. Sedangkan liberalisme antara batil dan haq masih terlihat Samar-samar. Sebab dalam gagasan liberalisme cenderung pada makna sebuah kebebasan yang masih samar, apabila di kaitkan dengan bidang keagamaan.

Idiologi Liberalisme dalam pandangan Islam tidak sejalan dengan semangat kemaslahatan dalam menentukan antara yang haq dengan yang batil. Karena liberalisme sebatas semangat sebuah kebebasan dengan mengedepankan hak individu tanpa melihat dari sisi kemaslahatan secara kaffah dalam menentukan sebuah kebenaran.

Gagasan liberalisme nampak terjebak tentang makna sebuah kebebasan semu dalam memberikan sebuah penafsiran tentang kehidupan. Sehingga antara profan dan sakral tidak terjadi sebuah sinergi yang saling menguatkan dan mengokohkan. Sedangkan Islam merupakan sebuah bangunan keseimbangan antara profan dengan sakral dalam mengajarkan semangat mencari rahmat di jalan Allah dalam pencapaian menuju sebuah kebenaran haqiqi.

Melihat dari argumen tentang liberalisme dalam pandangan Islam, bahwa liberalisme tidak mengarah pada kemaslahatan antara profan dan sakral, berarti liberalisme sebatas mengarah pada kehidupan materialisme dalam memberikan makna sebuah kehidupan. Maka perlu ada sebuah keseimbangan antara profan dan sakral dalam menerjemahkan berbagai multi real tentang sebuah kehidupan. Dan Allah maha penguasa segala sesuatu, pengatur segala ciptaan di langit maupun di bumi, maka saya bersaksi tiada Tuhan selain Dia.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
...........

Paradigma Islam Tradisional Pasca Reformasi



Reformasi merupakan sebuah agenda besar dalam melakukan sebuah perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan reformasi di jadikan sebuah bentuk bangunan pembebasan dari belenggu kediktatoran dari sebuah rezim kepemimpinan. Karena reformasi merupakan salah satu proses dalam membangun sebuah peradaban bangsa secara terbuka dan berani dalam mengambil sebuah sikap, untuk mengemban amanat dan tanggung jawab suci dalam mewujudkan sebuah perubahan.

Perjalanan reformasi yang menjadi sebuah impian besar para pelopor gerakan dalam mengggulingkan rezim kepemimpinan diktator, telah mengubah paradigma kebangsaan dari tertutup menuju sebuah sistem keterbukaan. Sehingga dengan sistem terbuka mengakibatkan sebuah idiologi baru masuk keranah kebangsaan. Berangkat dari sinilah sistem keterbukaan dengan mengedepankan dalil sebuah kebebasan telah menjadikan keberagaman corak berpikir berkembang secara pesat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lebih jauh lagi, bahwa pasca reformasi dengan sistem keterbukaan telah masuk keranah keagamaan, agama Islam sebagai lumbung gagasan baru muncul di era reformasi dengan berbagai wajah dalam menampakkan diri saat menggagas tentang dunia ke-Islaman. Sehingga terjadilah sebuah pertarungan yang sangat gencar dalam pemahaman tentang ke-Islaman di era pasca reformasi.

Pergolakan pasca reformasi dalam dunia Islam berkembang begitu pesat dalam kajian ekonomi, sosial, politik, budaya. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kontroversial. Bahkan sebuah gagasan yang cenderung mengarah di luar sebuah adat kebiasaan masyarakat secara luas juga berkembang pesat. Sehingga terkadang memunculkan sebuah paradigma berseberangan antara yang satu dengan lainnya.

Reformasi merupakan salah satu pintu gerbang keterbukaan dalam memahami dan menerjemahkan beragam persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Bahkan reformasi menjadi sebuah jalan idiologi dari luar berkembang begitu pesat masuk kewilayah Indonesia, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan maupun dalam bidang yang lain.

Keberadaan reformasi telah dijadikan alat oleh sebagian kelompok dalam menyebarkan sebuah gagasan yang menjadi sebuah idiologi. Sehingga pasca reformasi berbagai pola pikir dari paham yang menyimpang maupun paham yang ingin meluruskan agama Islam bermunculan dengan berbagai wajah yang berbeda.

Paling mencolok dalam paradigma Islam pasca reformasi merupakan pertarungan sebuah wajah besar antara liberal dengan wajah khilafah. Sehingga kedua wajah ini sering bersitegang mulai dari adu argumen sampai pertarungan yang lebih fenomenal lagi. Mengingat pertarungan antara liberal melawan khilafah merupakan sebuah pertarungan dari sebuah gagasan dan budaya dari luar nusantara.

Liberal merupakan gagasan yang datang dari bangsa barat. Sehingga paradigma berpikir dari kelompok liberal cenderung mengarah terhadap permasalahan akal dalam menafsiri sebuah kehidupan. Karena liberal menekankan kepada aspek kebebasan hak individu, tetapi kelemahan terbesar dalam liberal terletak dalam penekanan tentang masalah gagasan yang cenderung menegasikan masalah hak sosial.

Hasil olah pikir liberal sering mengadopsi dari pemikiran barat dalam menerjemahkan tentang sebuah kehidupan beragama. Berangkat dari sinilah liberal terjebak pengulangan gagasan dengan mengarah pada kebebasan semu dalam membangun paradigma berpikir. Sebab liberal cenderung pada olah konteks dalam memberikan sebuah tafsir tentang keagamaan, padahal dalam menafsirkan keagamaan tidak hanya sebatas mengandalkan tentang konteks belaka. Namun antara teks dan konteks harus mampu di sinergikan dengan tepat.

Sedangkan khilafah mengarah terhadap cara pandang tekstual dalam memberikan sebuah tafsir tentang ke-Islaman. Sehingga paradigma khilafah terjebak dalam pemahaman secara teks dan jauh dari multi real kehidupan. Berangkat dari sinilah sebuah bangunan khilafah cenderung mengadopsi paradigma gagasan budaya dari bangsa timur tengah dalam memberikan sebuah gambaran tentang Nilai-nilai ke-Islaman.

Pasca reformasi dengan ranah paradigma ke-Islaman yang berkembang dalam pertarungan idiologi liberal barat melawan khilafah timur tengah, ternyata memunculkan sebuah gagasan dari Islam tradisional sebagai penyeimbang antara liberal dengan khilafah. Sebab Islam tradisional lebih menekankan pada aspek teks dan konteks secara sinergi dalam lingkup NIlai-nilai tentang ke-Islaman. Sehingga dalam wajah Islam tradisional merupakan sebuah bentuk penerapan masyarakat pribumi dalam menggali sebuah ajaran Islam dengan konteks budaya, agar terjadi sebuah mutualisme secara real antara teks dan konteks dalam ajaran Islam.

Islam tradisional lebih cenderung mengarah menuju sebuah gagasan dari menggali nilai luhur masyarakat pribumi sendiri dalam menggagas sebuah konsep ke-Islaman. Sebab budaya timur tengah maupun budaya dari barat sangat tidak cocok dengan kepribadian masyarakat pribumi. Karena itu dengan menggali nilai luhur dalam memunculkan sebuah nilai tentang kearifan lokal dengan di masuki ajaran Islam sebagai penyeimbang antara kehidupan profan dan sakral. Berangkat dari sinilah antara kearifan lokal dapat berjalan berdampingan dengan Nilai-nilai ajaran Islam, untuk mengkaji sebuah teks dan konteks yang saling berintegrasi.

Paradigma Islam tradisional merupakan sebuah jalan tengah dalam menerjemahkan tentang Nilai-nilai ke-Islaman, agar bangsa Indonesia di era pasca reformasi mampu menggali khazanah nusantara, agar dapat di padukan antara teks dan konteks secara tepat dalam mencapai sebuah kemaslahatan umat yang berlandaskan dari ajaran suci agama Islam. Dan Allah Memberi petunjuk kepada kebenaran, atas rahmat, keagungan, dan kemuliaan-NYA.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)......................

Mensinergikan Teks Dan Konteks Dalam Islam



Benturan teks dan konteks terkadang terjadi di sebabkan salah dalam menerjemahkan atau salah dalam pemahaman sebuah teks dengan konteks secara tepat. Sehingga mengakibatkan sebuah ketidaksamaan dalam pemahaman secara benar, berangkat dari sinilah di butuhkan sebuah ta'wil secara tepat dalam memahami antara teks dan konteks.

Islam merupakan agama wahyu sebagai pedoman manusia, tetapi dalam perjalanan Islam terdapat berbagai halangan dari kaum yang tidak menyukai atas kehadiran Islam. Namun apapun itu Islam sampai hari ini tetap berdiri tegak dan kokoh di bumi Allah. Inilah anugerah terbesar bagi umat Islam saat melihat bangunan Islam begitu besar dalam realita kehidupan.

Perjalanan umat Islam di lihat dari sebuah sejarah besar, ternyata telah mengalami berbagai perbedaan pemahaman sejak di masa sahabat nabi. Sehingga kita mengenal dengan istlah Khawarij, Murji'ah, dan Syi'ah. Ketiga kelompok inilah sebagai cikal bakal sebuah perbedaan umat Islam yang lebih luas lagi dalam pemahaman tentang ajaran Islam.

Memang perbedaan merupakan sebuah rahmat agung, apabila umat Islam mampu menghargai sebuah perbedaan dengan dewasa dan tanggung jawab di setiap menghadapi sebuah perbedaan. Namun kalau sebuah perbedaan di anggap destruktif, tentu akan menghasilkan sebuah kekacauan di segala aspek kehidupan, sekaligus mengakibatkan kehancuran dalam tubuh umat Islam itu sendiri.

Perbedaan umat Islam di sebabkan sebuah multi ta'wil antara teks dan konteks tidak sejalan dengan kelompok lain. Dari sinilah umat Islam mengalami sebuah perbedaan dalam tatanan hukum maupun dalam bentuk tatanan yang lain.

Islam mengajarkan tentang sebuah kebenaran harus di tegakkan dalam kondisi apapun. Namun dalam ranah realita kehidupan, ternyata dalam tatanan masyarakat telah mengalami destruktif akhlak di sebabkan kecenderungan masyarakat mengejar profan dan meninggalkan kehidupan sakral.

Melihat perbedaan pandangan umat Islam dalam memahami tentang ajaran Islam, ternyata di sebabkan antara teks dan konteks dalam pemahaman tidak sejalan. Sehingga dapat di tebak kerancuan paradigma berpikir mengalami sebuah perbedaan yang mencolok dan menghasilkan sebuah kerancuan tatanan dalam realita kehidupan.

Multi ta'wil dalam kehidupan umat Islam merupakan sebuah rahmat yang agung, kalau antara teks dan konteks dapat di sinergikan dengan cerdas dalam mengambil sebuah kesimpulan, untuk di jadikan sumber dari segala sumber. Namun kalau multi tafsir terdapat sebuah semangat sekte buta dalam melakukan sebuah kajian tentang Nilai-nilai ke-Islaman, tanpa melihat sebuah kebenaran haqiqi. Maka sudah dapat di tebak proses dalam penafsiran tentang teks akan mengalami sebuah istilah liberal dalam menghasilkan sebuah tatanan hukum.

Kalau istilah ta'wil liberal sudah menyusup dalam dunia Islam. Maka akan terjadi sebuah dilema besar bagi tatanan lehidupan msayarakat dan tidak dapat di pungkiri kerusakan dalam ta'wil teks maupun konteks akan terjadi sebuah kerancuan dalam tatanan hukum maupun dalam tatanan lain.

Berangkat dari tulisan di atas di butuhkan sebuah terobosan yang cerdas dalam mensinergikan antara teks dan konteks dalam menghasilkan sebuah bangunan Islam, agar umat Islam mendapatkan sebuah ta'wil antara teks dan konteks dan saling melengkapi sebuah kehidupan profan dengan kehidupan sakral.

Mensinergikan teks dan konteks dalam tubuh Islam merupakan sebuah jalan pencapaian keseimbangan dalam menatap masa depan. Sehingga Islam dapat di rasakan sebuah keharmonisan kehidupan dalam tatanan keindahan dan menghasilkan sebuah bentuk bangunan secara kaffah.

Semoga Allah memberi jalan petunjuk kepada kebenaran dengan anugerah dan kemuliaan-NYA, Amiin............

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
............